Kamis, 26 Februari 2009

lowongan Perawat Ke arab

untuk ditempatkan secepatnya;
Persyaratan:
1.Perempuan (muslim or non-muslim)
2.Mampu berbahasa Inggris
3.Berijazah Diploma 3 / S-1 dibidang Keperawatan
4.Mempunyai pengalaman bekerja di rumah sakit minimal 2 tahun
5.Bagi yang tidak mampu berbahasa Inggris harus mengikuti pelatihan selama 3 bulan tanpa dipungut biaya.
6.Selama mengikuti pelatihan tempat tinggal dan makan disediakan tanpa dipungut biaya.


Dokumen yang
harus dilengkapi:

1.Surat lamaran dalam bahasa Inggris
2.Riwayat hidup dalam bahasa Inggris(Curriculum Vitae)
3.Copy ijazah SMU, Diploma 3 / S-1 Keperawatan atau AKPER
4.Surat pengalaman kerja
5.Serifikat penunjang lainnya apabila ada
6.Foto warna ukuran 4 X 6 (15 lembar).


Fasilitas di

1.Rumah Sakit dan Puskesmas Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia:
2.Mendapat gaji per bulan Mulai dari US. $ 800 s/d 1.300 US.$
3.Tempat tinggal dan makan ditanggung
4.Setiap tahun mendapat libur 45 hari dengan gaji dibayar penuh dan diberikan tiket pulang pergi ke Jakarta secara cuma-cuma.

Pemberangkatan
1.selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah test oleh Delegasi dari
Saudi Arabia
2.Bagi yang berminat, email lamaran dan CV dan foto (scanned) ke: nurse_recruitment@yahoo.com, copy ijasah dan data penunjang nanti menyusul (dibawa) pada saat pemanggilan interview.

Dery Kuhr
On-line nurse recruitment Agent
Hp: 08551053333
Ph: 021-91685307
Read More..

Langkah- langkah memijat bayi


Para Ibu yang mempunyai bayi pastilah memberikan perawatan pada bayinya tersebut dengan kasih sayang dan penuh cinta, dan melakukan apa saja untuk bayinya agar dapat tumbuh dan berkembang sempurna. Salah satu yang dilakukan oleh ibu adalah memijat bayinya tersebut dengan penuh kasih-sayang. Nah, mungkin Teknik memijat bayi dibawah ini dapat di aplikasikan, yaitu pemijatan pada wajah, dada, perut, punggung, dan tangan bayi. Pemijatan yang dilakukan seperti berikut:


Wajah :

1. Tekan jari-jari pemijat pada kening bayi, pelipis, dan pipi
2. Gunakn kedua ibu jari untuk memijat daerah diatas alis
3. Dengan tekanan lembut, tarik garis dengan ibu jari dari hidung bayi kearah pipinya.
4. Gunakan kedua ibu jari untuk memijat sekitar mulutnya, tarik sehingga ia tersenyum
5. Pijat lembut rahang bawah bayi dari tengah ke samping seolah membuat bayi tersenyum.
6. Pijat secara lembut daerah di belakang tekinga kearah dagu.

Dada (Pijatan ”kupu-kupu” memperkuat paru-paru dan jantung)
1. Letakkan kedua tangna pemijat ditengah dada bayi, dan gerakkan keatas kemudian kesisi luar tubuh dan kembali ke ulu hati tanpa mengangkat tangan seperti membentuk hati.
2. Dari tengah dada bayi, pijat menyilang dengan telapak tangan kearah bahu seperti membentuk kupu-kupu.

Perut
Pijatan pada perut meningkatkan sistem pencernaan dan mengurangi sembelit
1. Lakukuan gerakan memijat diatas perut bayi seperti gerakan mengayuh sepeda dari arah atas kearah bawah perut.
2. Angkat kedua kaki bayi dan tekan lututnya perlahan-lahan kearah perut.

Pijatan matahari bulan
1. Buatlah bulan separuh terbalik dengan tangan kanan memijat dari kiri kearah kanan dengan arah jarum jam.
2. Saat tangan kanan pemijat diatas, tangan kiri dibawah dan berputar mengikuti arah jarum jam membentuk lingkaran penuh matahari.
3. Rasakan gelembung angin dengan jemari pemijat tekan searah jarum jam
• Gerakan diataas harus dilakukan dengan hati-hati apabila pada bayi dibawah usia 6 bulan karena tali pusat masih tersisa.

pijatan ilove You :
1. ”I ”
Buatlah sebuah bentuk huruf I melalui usapan dengan tangan kanan pemijat berada di perut sebelah kiri bayi (kanan pemijat)
2. ” love ”
Buatlah huruf L terbalik mulai dari kiri ke kanan
3. ” You ”
Buatlah huruf U terbalik, mulai dari kiri ke kanan. Saat pemijat menjalankan gerakan ini, ucapkan ” I Love You ” dengan nada yang lembut.


Tangan dan kaki ( pijatan ”peras putar menggulung ” menghlangkan ketegangan dan memperkuat tulang)
1. Peganglah lengan bayi dengan kedua telapak tangan seperti memegang pemukul soft ball, dan dengan gerakan memerah, pijat tangan bayi dan bahu hingga ke pergelangannya.
2. Lakukan gerakan kebalikan dari pergelangan ke arah pangkal lengannya. Tarik lembut jari- jari bayi dengan gerakan memutar.
3. Dengan kedua ibu jari secara bergantian, pijat seluruh permukaan telapak tangan dan punggung tangan.
4. Gunakan kedua te;lapak tangan untuk membuat gerakan seperti menggulung. Untuk kaki, ikuti cara yang sama seperti teknik memijat dengan tangan.

Punggung (Pijatan maju –mundur memperkuat otot untuk menjaga tulang belakang)
1. Pijat punggung bayi dengan gerakan maju-mundur menggunakan kedua telapak tnagan disepanjang punggungnya
2. Luncurkan slah satu telapak tangan pemijat dari leher sampai ke pantat bayi dengan sedikit tekanan
3. Dengan jari-jari pemijat, buat gerakan melingkar terutama pada otot disebelah tulang punggung
4. Buat pijatan memanjang dengan telapak tangan dari leher ke kakinya untuk mengakhiri sesi pijatan.

* Teknik pijatan diatas dianjurkan untuk digunakan pada bayi cukup bulan. Khusus untuk bayi prematur teknik pijatan yang dasarankan para ilmuwan adalah menekuk dan meluruskan lengan dan tungkai



Read More..

Sabtu, 21 Februari 2009

Tindihan Makhluk Halus Saat Tidur, Berbahaya kah????



Akhirnya, pertanyaan yang selama ini mengganggu pikiranku terjawab juga dengan membaca majalahDokter Kita. Yups judul artikel tersebut “Ditindih Makhluk halus Saat Tidur? Ah, Santai saja… “ terang aja aku antusias membacanya karena aku pernah merasakannya. Rasanya ada jin yang besar menindaih badan ku yang pada saat itu tidur tengkurap, itulah mengapa kita tidak di anjurkan tidur tengkurap, dan seharunsnya kita mengikuti sunnah rosulullah dengan posisi tidur miring kekanan, tapi karena kecapean aktivitas siang harinya, tanpa di perintahpun rasanya mata ku sudah secara otomatis menutup, sampai aku tertidu pulas dan terjadilah kejadian yang menakutakan. Rasanya ada jin yang besar sedang menindihi tubuhku sehingga sulit untuk bangun dan membuka mata. Setelah membaca ayat kursyi dan istighfar, akhirnya perlahan-lahan dimulai dari telinga kanan hingga seluruh tubuhku, akhirnya terasa ringan.


Menurut kepercayaan orang tua, aku mengalami yang namanya tindihan, dan “sesuatu” yang menindihiku itu adalah makhluk halus. Benarkah karena makhluk halus? Lalu bahayakah? Apa yang harus kita lakukan bila mengalaminya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut terjawab setelah aku membaca artikel tersebut.

Makhluk Halus ?
Menurut Sleep Technologist, Dr. Andreas Prasadja, RPSGT, tindihan secara medis disebut sleep paralysis, suatu gejala dari gangguan tidur. Nah, saat tindihan saat tindihan sering terjadi halusinasi, seperti melihat makhluk halus. Makanya tindihan sering di kaitkan dengan mistis.
Dr Andreas menambahkan, tindihan biasanya terjadi menjelang tidur sehingga helusinasinya disebut disebut sebagai hypnagogiv (menjelang tidur), sedangkan halusinasi menjelang bangun tidur disebut hypnopompic (akhir tidur).

Antara Tidur dan tindihan
Berdasarkan gelombang otak, tidur dibagi menjadi. Mulai tahapan-tahapan tidur. Mulai dari tahap tidur Ni, N2, N3, dan R. Tahap N1 merupakan tahap tidur ringan karena masih setengah sadar. Dari tahap N1 semakin dalam ke N2 dan seterusnya. Tahap tidur R adalah tahap tidur dimana kita bermimpi. Ada dua hal yang khas yaitu adanya mimpi dan kelumpuhan otot besar. Saat bermimpi aktivitas otak mirip sekali dengan keadaan terjaga. Bedanya adalah saat itu seperti lumpuh agar kita tidak bergerak sesuai mimpi.

Sleep Paralysis
Lalu bagaimana tindihan bisa terjadi? Ketika berada dalam kondisi kurang tidurs, (bisa karena waktu tidur kurang atau waktu tidur cukup tetapi kualitasnya buruk), gelombang otak kita seolah melompat dari tidur Ni ke tidur R. Akibatnya kita merasa seperti setengah sadar dan setengah bermimpi. Tiba0tiba kita melihat sosok menyeramkan dan kita tidak dapat menggerakkan badan. Kondisi itu diperburuk dengan nafas yang sesak berkaitan dengan tidur R. Sebenarnyas secara otomatis kita tetap bernafas. Dalam kepanikan, biasanya kita akan menarik nafas dalam dibutuhkan otot-otot pernafasan ekstra, yang celakanya pada tahap R juga ikut dilumpuhkan.

Tidak Bahaya, Tetapi..
Dr. Andreas menekankan, tindihan tidak berbahay, hanya saja jangan pernah dianggap remeh karena bisa jadi merupakan salahsatu gejala gangguan tidur seperti narkolepsi, sleep apnea, gelisah atau depresi.
Narkolepsi adalah gangguan tidur yang menyerang pusat pengaturan mimpi. Gejala lain dari narkolepsi adalah katapleksi dan rasa kantuk yang hebat. Penderitanya biasa tiba-tiba merasakan kantuk yang taktertahankan, sehingga harus meluangkan waktu sejenak untuk tidur. Katapleksi merupakan episode melumpuh seolah mau pingsan yang terjadi setelah dipicu oleh emosi kuat. Biasanya justru emosi gembira.
Nah, jika sudah cukup tidur namun masih merasakan mengantuk, itu merupakan gejala gangguan tidur lain. Contohnya saja penderita sleep apnea yang mendengkur. Mereka mengalami henti nafas saat tidur yang mengakibatkan kualitas tidurnya buruk. Akibatnya mereka selalu berada dalam ”kondisi kurang tidur” walaupun sudah cukup tidur.

Jurnal Tidur
Pesan Dr Andreas, saat mengalami tindihan berpikirlah tenang. Lupakan ”penampakan-penampakan” yang anda rasakan, dengan begitu kita bisa langsung tertidur atau bangun, tinggal kembali tidur. Selain itu Dr. Andreas mewanti-wanti kita untuk mencukupi waktu tidur. Jika sering mengalami tindihan, Dr Andreas berpesan untuk membuat jurnal tidur sebelum ke dokter. Jurnal tidur, merupakan tucatatan kebiasaan tidur yang ditulis dipagi hari. Isinya berupa catatan waktu tidur, kebiasaan sebelum tidur, obat yang diminum, mimpi, apa yang dirasakan saat bangun, dan sebagainya. Jurnal itu akan sangat bermanfaat bagi dokter untuk menganalisa kebiasaan tidur anda.
Walaupun tidak berbahaya, tapi mudah-mudahan itu tidak akan terulang lagi karena rasanya benar-benar nyata seperti ditindih jin atau Syetan. At list, tidur merupakan kebutuhan setiap manusia, So kita harus mengatur pola tidur dan mencukupi kebutuhan tidur, supaya tubuh kita tetap sehat dan syetan tidak akan mengganggu tidur kita ”tindihan”.

Sumber : Majalah ”Dokter Kita”, edisi 12, Des 2008

Read More..

Sabtu, 14 Februari 2009

STRATEGI DALAM MENYIAPKAN PERAWAT PROFFESIONAL YANG MAMPU BERSAING DI ERA GLOBALISASI

LU’AILIYUN NADHIROH
Abstract
In the era where number of educated unemployee rising sharply by year to year. There is an opportunity for Indonesia nurses to work a broad as a health professionals and enter the globalization era. Yet, still there are many constaint indelivering process. Based on this fact of situation, writer try to criticize, “The strategy tocreate professional nurse who can compete in globalization era”. Writer use a descriptif metode to determine the importance of many institution roles, such as government and nursing educational institute. Nursing educational institute had a great role in educational preparation. Therefore, the lecturers quality as well as the Institute quality it self played an important act in this field. While government roles is to provide a guiding framework in an intensive preparation training for nurse to work in foreign countries as a health professionals at global levels.

Key words: Professional nurse, Globalization eraAbstrak
Ditengah semakin meningkatnya pengangguran terdidik dari tahun ke tahun, terdapat suatu peluang bagi perawat di Indonesia untuk dapat dikirim ke luar negeri sebagai perawat professional, dan bersaing di Era Globalisasi. Namun masih ada banyak kendala untuk proses pengiriman tenaga perawat ke Luar Negeri. Dari latar belakang tersebut, penulis membahas tentang bagaimana strategi dalam menyiapkan perawat ke luar negeri yang mampu bersaing di era globalisasi. Penulis menggunakan metode penulisan deskriptif untuk menggambarkan bahwa pentingnya peran Lembaga Pendidikan, baik dari kualitas tenaga pendidik maupun kualitas lembaga pendidikan keperawatan dan perlu adanya peran serta pemerintah untuk memfasilitasi pelatihan intensif persiapan tenaga perawat ke luar negeri, untuk menghasilkan perawat professional yang mampu bersaing di era globalisasi.

Kata kunci : Perawat professional, era globalisasi


I. PENDAHULUAN

Saat ini rasio perbandingan jumlah perawat dan penduduk di Indonesia adalah 1:44, sebuah angka yang rendah jika kita bandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand dan Filipina (Wati, 2007). Meski jumlah tersebut rendah, namun sepertinya tidak memungkinkan lagi bagi healthcare provider untuk menerima tambahan perawat baru karena besaran beban keuangan.

Ditengah semakin meningkatnya pengangguran terdidik dari tahun ke tahun, terdapat suatu peluang bagi perawat di Indonesia untuk dapat dikirim ke luar negeri sebagai perawat professional, dan diakui oleh dunia. Perawat Indonesia mempunyai peluang untuk dapat bekerja di Timur tengah (Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, dan Kuwait), bahkan sudah merambah ke negara-negara maju seperti Amerika serikat, Australia, benua Eropa (Inggris, Belanda, Norwegia), dan Jepang.

Kebutuhan Perawat Profesional (Registered Nurse) di dunia Barat (Amerika, Eropa, Australia, Canada, Jepang) meningkat dengan pesat, sejalan dengan penuaan usia baby boomer dan menurunnya keinginan menjadi Perawat pada generasi muda di Barat. Diperkirakan di Amerika saja kekurangan perawat profesional berkisar antara satu juta orang ditahun 2015 nanti.

Pada saat ini kekurangan perawat ditutup oleh perawat dari tiga negara Asia, yaitu: Filipina, China dan India. Padahal secara demografis, Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk yang terbesar keempat didunia, sehingga peran Indonesia dalam memasok tenaga Perawat Profesional keluar negeri adalah hal yang dapat dan bisa dilaksanakan. Jadi dimana masalahnya ? Dari sudut supply terlihat besarnya jumlah Akademi Perawat yang mendidik Perawat D3, yang berjumlah lebih dari 1000 Akper diseluruh Indonesia. Jumlah Sarjana Keperawatan masih relatif kecil, karena Program Studi Sarjana Keperawatan baru sekitar duapuluhan, dan baru dimulai sejak 5 tahun yang lalu. Namun kelemahan mendasar ialah para lulusan Perawat ini standar kompetensinya tidak diakui oleh dunia Internasional. Sebagai contoh lulusan Perawat Malaysia diakui oleh Negara Commonwealth, dan lulusan Filipina langsung bisa bekerja di Amerika dan Eropa. Kelemahan kedua ialah kemampuan bahasa Inggris yang lemah, yang dibutuhkan dalam kompetisi tingkat internasional.
Berkenaan dengan ketrampilan perawat Indonesia yang masih kurang, terlihat dari segi skoring NCLEX (The National Council Licensure Examination) yang masih rendah. Ujian NCLEX sendiri merupakan prasyarat perawat Indonesia untuk dapat bekerja di luar negeri. Sebagai gambaran, skor yang diperoleh perawat Indonesia adalah angka 40. Padahal skoring yang dibutuhkan untuk bekerja di Eropa antara 50 sampai 70 dan di AS antara 70 sampai 80 (Syaifoel, 2008).
Di Indonesia, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (PPSDM Kesehatan) melaporkan bahwa jumlah terbesar Tenaga Kesehatan Profesional Indonesia (TKPI) yang telah bekerja di luar negeri mulai 1989 sampai dengan 2003 adalah perawat (97.48% dari total sebanyak 2494 orang). Meskipun jumlah perawat yang bekerja di luar negeri menempati prosentase terbesar dibandingkan tenaga kesehatan yang lain, masih terdapat beberapa poin penting yang perlu menjadi perhatian dan ditanggulangi mulai dari saat ini.( ferryefendi, 2007).

Dari latar belakang di atas, penulis akan mambahas tentang bagaimana menyiapkan perawat ke luar negeri yang mampu bersaing di era globalisasi, dan kemudian mencoba mengidentifikasi peran penting lembaga pendidikan keperawatan di Indonesia agar dapat mempersiapkan perawat yang siap berkompetisi di era pasar global. Diharapkan tulisan dapat memberikan kontribusi dan sumbang saran bagi berbagai pihak terkait, terutama bagi lembaga pendidikan keperawatan serta organisasi profesi keperawatan dan juga pemerintah.

II. PEMBAHASAN / KAJIAN
A. Pendidikan Keperawatan di Indonesia
Indonesia baru mengembangkan program Sarjana Keperawatan sejak 5 tahun yang lalu, dan dalam program pendidikannya memisahkan Program Pendidikan Sarjana Keperawatan (4 tahun) dimana lulusannya bergelar SKp (Sarjana Keperawatan). Setelah lulus para SKp mengambil Program Pendidikan Profesi Keperawatan (1,5 tahun) yang lulusannya bergelar Ners. Masalahnya, Gelar SKp dan Ners ini hanya berlaku di Indonesia, dan tidak diakui dunia Internasional (Rijadi, 2005).

B. Perawat Profesional (Registered Nurse)
Perawat professional adalah seorang perawat yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan dan berkompetensi untuk melakukan pelayanan keperawatan klinik yang dibuktikan dengan sertifikat Registered Nurse (RN) melalui proses akreditasi (IRNI, 2008).

Sejalan dengan berkembangnya profesi keperawatan, berbagai jenis pendidikan yang menawarkan untuk menjadi Registered Nurse (perawat terdaftar) juga ikut berekembang. Pada awalnya sekolah-sekolah keperawatan milik rumah sakit dikembangkan untuk mendidik pearawat yang ingin bekerja di rumah sakit tersebut.

Karena keperawatan secara terus-menerus mengembangkan keilmuannya, proses pendidikan formal dikembangkan untuk menyakinkan konsistensi dari tingkat pendidikan dalam institusi. Konsistensi tersebut juga dibutuhkan untuk mendapat sertifikasi RN (Registered Nurse). Di amerika Serikat seorang individu dapat menjadi RN melalui program pendidikan tingkat dasar, diploma, atau sarjana. Sedangkan di Canada melalui program pendidikan dploma dan sarjana (Potter dan Perry, 2005).

C. Persyaratan Menjadi Perawat Profesional yang Mampu Bersaing di Era Globalisasi
Kebutuhan tenaga perawat di Negara maju seperti : Amerika, Canada, Eropa, Australia, Jepang dan Timur Tengah melonjak dengan drastis sejak tahun 1980. Diperkirakan bahwa kebutuhan tenaga perawat di Amerika ditahun 1980 sekitar 200,000 perawat, dan kebutuhan ini akan melonjak menjadi 500,000 perawat ditahun 2020, untuk mendukung kebutuhan pelayanan kesehatan di Amerika. Untuk seluruh Negara maju diatas kebutuhan perawat diperkirakan mencapai 1 juta perawat pada tahun 2020 (Rijadi, 2005).

Kebutuhan perawat ini dipenuhi oleh Perawat dari negara berkembang yang mempunyai tenaga keperawatan yang sesuai dengan standar dunia. Tiga sumber utama tenaga keperawatan dunia ialah dari Phillippine, India dan China. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, seharusnya mampu mengekspor tenaga keperawatan sesuai dengan kebutuhan dunia diatas. Mengapa kita tidak bisa mengirimkan tenaga keperawatan dengan standar dunia diatas?

Perawat Indonesia hingga saat ini belum bisa bersaing dengan perawat Philippine dan India, karena faktor Bahasa Inggris sebagai media komunikasi di negara tujuan. Bahasa Inggris ini diukur dengan Nilai Test IELTS (International English Language Testing System) dengan Nilai Overall adalah 6,5. Test IELTS terdiri dari 4 komponen: a. Mendengar (30 menit), b) Membaca (60 menit), c) Menulis (60 menit), dan d) Bicara (15 menit). Di Indonesia IELTS tes dilakukan di IDP Education Australia di jalan Kuningan Jakarta, dan British Council di Jakarta.

Faktor kedua, ialah Sertifikasi Keperawatan Internasional. Standar Perawat dalam dunia ialah lulusan Universitas yang bergelar Bachelor of Science in Nursing (BSN), dan mempunyai Sertifikasi RN (Registered Nurse). Perawat RN dari India, Malaysia akan diakui sertifikasinya oleh negara2 Commonwealth karena standar pendidikan keperawatannya sudah dibuat sama dengan standar Internasional. Demikian juga Perawat Phillippine, begitu mereka lulus BSN mereka mengambil Sertifikasi RN di Philippine yang diakui oleh dunia Internasional. Bahasa Inggris tidak menjadi masalah bagi mereka, karena mereka sehari-hari menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua mereka (Rijadi, 2005).

Untuk dapat mempersiapkan diri dalam test tulis keperawatan, maka secara Internasional semua negara mengadopsi model NCLEX-RN (The National Council Licensure Examination for Registered Nurses) yang tentu saja perlu dipelajari oleh perawat Indonesia. Test NCLEX-RN ini terdiri dari rangkaian pertanyaan simultan dalam konsep keperawatan yang terdiri dari 5 tahapan proses keperawatan (Pengkajian-Analisa-Perencanaan-Inplementasi-Evaluasi) dan 4 konsep katagori kebutuhan manusia (Safe effective care environtment – Health promotion and maintenance – Psychosocial integrity – Physiological Integrity) (Nurmatono, 2006).

Melihat persyaratan yang harus dipenuhi tersebut, kita dapat mengasumsikan bahwa tenaga perawat yang bekerja di luar negeri tentu merupakan perawat pilihan dan mempunyai kemampuan yang dapat di andalkan dalam memberikan perawatan yang berkualitas. Untuk menghasilkan perawat yang professional, tidak lepas dari peran lembaga pendidikan keperawatan di Indonesia dalam bertanggung jawab mempersiapkan perawat yang berkualitas dan mampu bersaing di era pasar global (Hapsari, 2006).

Kendala-kendala tersebut perlu untuk segera ditanggulangi selain faktor-faktor lain yang belum teridentifikasi dalam tulisan ini. Beranjak dari hal inilah sebenarnya lembaga pendidikan keperawatan di Indonesia dapat mulai ikut berperan aktif dalam merumuskan strategi yang tepat dalam mendidik calon perawat. Keberadaan sistem pendidikan tinggi keperawatan dengan berbagai keluarannya harus dapat memacu proses profesionalisasi keperawatan yang sedang berlangsung di Indonesia sehingga keperawatan sebagai profesi dapat berperan sepenuhnya dalam upaya pembangunan kesehatan masyarakat, serta berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan (Kusnanto, 2004).

III. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan adalah metode penulisan deskriptif. Menurut “Notoatmodjo, 1993” penulisan deskriptif adalah suatu metode penulisan yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif. Metode penulisan deskriptif memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang.
Penulis menggambarkan fenomena tentang persiapan perawat ke luar negeri, dan kemudian mencoba mengidentifikasi peran penting lembaga pendidikan keperawatan di Indonesia agar dapat mempersiapkan perawat yang siap berkompetisi di era pasar global. Penulisan ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah ; Pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan analisis data, dan membuat kesimpulan.
Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan pengumpulan data dengan mencari informasi dari kepustakaan (buku, Koran, majalah, browsing), mengenai hal-hal yang ada relevansinya dengan judul garapan (Arifin,2000).
Penulis mendapatkan sumber data dari buku dan internet. Setelah data terkumpuil, penulis menyeleksi data tersebut untuk kemudian dipakai dalam penyusunan karya ilmiah. Setelah menyeleksi, penulis melakukan pengolahan data untuk kemudian membuat analisis karya ilmiah.

IV. HASIL KAJIAN
Untuk menghasilkan perawat professional yang mampu memberikan pelayanan prima, merupakan tidak lepas dari tanggung jawab dari Lembaga pendidikan. Perawat di harapkan mampu memenuhi tuntutan masyarakat di dalam negeri, dan mempunyai kemampuan untuk bekerja lintas Negara dengan sistem perawatan kesehatan dan karakteristik masyarakat yang berbeda.
Hanya saja memang mesti ada target-target angka dari lembaga/pengelola penempatan perawat atau PPNI sebagai organisasi profesi dengan di dukung oleh pemerintah untuk memanfaat peluang kebutuhan Negara-negara maju akan perawat, misalnya dapat menjadikan hal ini dalam program yang terintegrasi. Sehingga banyaknya lulusan D3/S1 yang belum bekerja saat ini dapat dijembatani dengan Program Penempatan Perawat Indonesia diluar negeri yang terintegrasi dalam model konsursium nasional . Saat ini ada sekitar 250.000 perawat Indonesia, seandainya kita mematok target di tahun 2010 katakan saja 10%-nya bekerja diluar negeri, maka ada 25.000 perawat (saat ini baru 5.000) perawat Indonesia yang bekerja diluar negeri. Angka tersebut masih kecil sekali, jika dibandingkan 40% total perawat India dan Philipina yang bekerja di luar negaranya, dimana mereka memang terinspirasi sejak di perkuliahan (Nurmatono 2006).

A. Pengembangan Pendidikan Keperawatan
Untuk menghasilkan perawat professional yang mampu memberikan pelayanan prima, merupakan tidak lepas dari tanggung jawab dari Lembaga pendidikan. Perawat di harapkan mampu memenuhi tuntutan masyarakat di dalam negeri, dan mempunyai kemampuan untuk bekerja lintas Negara dengan sistem perawatan kesehatan dan karakteristik masyarakat yang berbeda.
Strategi yang perlu di kembangkan pada lembaga pendidikan keperawatan adalah peningkatan kualitas tenaga pendidik dan peningkatan kualitas lembaga pendidikan keperawatan (Hapsari, 2006).

1. Peningkatan kualitas tenaga pendidik
Tenaga pendidik merupakan role model perawat proffesional yang kompeten. Kompetensi yang dimaksud adalah dalam hal pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dan kemampuan dalam melakukan praktek keperawatan. Kompetensi tersebut tentunya dimiliki oleh tenaga pendidik yang telah melaksanakan program pendidikan tinggi keperawatan minimal S1, mampu melakukan praktik klinik keperawatan. Kemampuan untuk terus belajar, baik yang terkait dengan ilmu keperawatan maupun disiplin ilmu lain, dan terus meningkatakan kemampuan berbahasa asing merupakan modal yang perlu di kuasai, karena di tuntut mampu mengaplikasikan kurikulum berbasis standard International.
Pendidik juga di tuntut untuk mengaolikasikan strategi mengajar yang dapat mengembangkan pola pikir kritis pada calon perawat sehingga mereka dapat bekerja di komunitas dan budaya yang beragam. Karena untuk keluar negeri, disamping ketrampilan dalam ilmu keperawatan itu sendiri, kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan, budaya dan sistem pelayanan kesehatan yang berbeda, juga sangat di perlukan supaya tidak terjadi shock kultur.

2. Peningkatan kualitas tenaga pendidik
Strategi yang menyangkut peningkatan kualitas lembaga pendidikan keperawatan meliputi upaya peningkatan fasilitas pembelajaran yang memungkinkan peserta didik memperoleh ilmu seluas mungkin, diantaranya adalah :
a. Sarana-prasarana laboratorium di sesuaikan dengan yang ada di RS dan/ komunitas, sehingga peserta didik berlatih pengetahuan dan ketrampilan sampai pada tingkat yang di harapkan. Sehingga menghasilkan mutu lulusan yan gsiap memberikan asuhan pelayanan keperawatan secara professional dan sesuai dengan tuntutan masyarakat.
b. Melengkapi inventaris perpustakaan dengan buku-buku yang berasal dari dalam dan luar negeri. Sehingga staf akademik dan peserta didik dapat melatih kemampuan berbahasa inggris dan mendapat informasi yang luas khususnya standard kurikulum keperawatan professional.
c. Menggunakan model kurikulum berbasis kompetensi standard internasional. Sehingga klien mendapatkan asuhan keperawatan yang berkualitas sesuai dengan standard praktek. Keuntungan lain perawat mendapat perlindungan hukum bila muncul masalah hukum yang berhubungan dengan standard praktik keperawatan. Karena standard Internasional merupakan berdasarkan studi lapangan yang sudah melalui proses penelitian.
d. Menambah kurikulum bahasa Inggris, serta mengadakan kursus-kursus tambahan di luar jam belajar efektif. Misalnya ; English for Nurse, TOEFL, IELTS.
e. Menyediakan fasilitas teknologi informasi bagi staf akademik dan mahasiswa, yaitu;
 Komputer bagi mahasiswa dengan rasio 1:5, sedangkan untuk staf akademik minimal 1 komputer
 Tersedia jaringan internet yang menjamin komunikasi antara pimpinan institusi pendidikan keperawatan, staf akademik, dan mahasiswa.
Fasilitas-fasilitas tersebut penting sekali, karena di luar Negeri semua proses kegiatan pekerjaan menggunakan system computer, di samping itu memudahkan mahasiswa untuk mendapat informasi seluas mungkin yang mungkin tidak di dapat dalam proses pembelajaran.
f. Institusi pendidikan keperawatan harus mengalokasikan anggaran untuk menjamin aktivitas penelitian staf akademik, memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian selama pendidikan, di bawah bimbingan staf akademik, dan penelitian yang dilakukan hendaknya bermanfaat untuk meningkatkan suasana akademik, memberikan dasar-dasar proses penelitian yang benar pada mahasiswa, perbaikan kurikulum dan upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat.
g. Institusi pendidikan keperawatan memberi kesempatan pada mahasiswa ke luar negeri dalam rangka pengayaan pengalaman belajar mahasiswa yang nantinya bisa di informasikan kepada rekan-rekan mahasiswa lainnya.
Segala kegiatan dan strategi yang dilaksanakan, tentunya perlu di evaluasi secara terus-menerus, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

B. Strategi Mewujudkan Sertifikasi RN
Proses pengiriman perawat ke luar Negeri tidak lepas dari peran serta Organisasi perawat (PPNI) serta pemerintah. Untuk menghasilkan perawat professional yang berkompetensi untuk bersaing di era globalisasi, perlu adanya strategi untuk mencapai target dalam peningkatan kompetensi keperawatan serta menghasilkan perawat professional yang mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara prima, dan yang paling penting adalah bisa di terima oleh dunia Internasional sebagai perawat professional yang telah teregistrasi dan mempunyai sertifikasi keperawatan Internasional.
Genderang revolusi budaya di pelayanan keperawatan sudah digulirkan dan disepakati baik di Negara-negara anggota APEC maupun Negara-negara ASEAN. Pada konferensi Internasional APEC bidang keperawatan pada 6-7 desember 2006 di Jakarta dan MRA on Nursing Services tingkat ASEAN pada tanggal 8 Desember 2006, disepakati bahwa : migrasi dan pelatihan tenaga keperawatan menggunakan satu tanda yaitu RN (Registered Nurse) sebagai tanda perawat tersebut adalah perawat professional, yang dianggap mampu dan memperoleh izin melakukan praktik dan pelayanan keperawatan. RN adalah satu-satunya tanda yang disepakati untuk tenaga keperawatan di Negara-negara ASEAN dan Negara-negara APEC, termasuk kesepakatan penggajian dan jenjang karir (IRNI,2008).

Dengan pertimbangan bahwa dunia Internasional memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mewujudkan RN di dalam negeri, maka tidak sulit untuk diwujudkan apabila mendapat dukungan politik dari pemimpin bangsa dan pemerintah dalam turut serta merumuskan dan melegalkan Undang-Undang yang dibutuhkan termasuk implementasinya akan mempercepat terbangunnya sistem RN di Indonesia (IRNI, 2008).

Apabila Strategi ini dapat dilaksanakan di Indonesia, maka perawat Indonesia mampu bersaing dan di akui oleh bangsa-bangsa di dunia, sebagai perawat professional. Dibawah ini merupakan skema sertifikasi profesi keperawatan yang dapat digunakan sebagai acuan oleh pemerintah dan organisasi perawat.

Gb1. IRNI 2008

Adapun strategi untuk mewujudkan Sertifikasi RN yang dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Menggerakkan dan memberdayakan elemen-elemen bangsa (stake holder) untuk berperan serta aktif mewujudkan infrastruktur sistem sertifikasi RN. Elemen-elemen bangsa yang dilibatkan yaitu Legislatif, eksekutif seperti Presiden dan eksekutif di tingkat departemen dan pemerintah daerah. Asosiasi industri kesehatan, asosiasi jasa pengerah tenaga kerja dan berbagai puhak yang akan mendapatkan manfaat dengan terwujudnya registrasi RN, termasuk kalangan selebritis.
2. Melaksanakan studi banding ke Negara-negara yang telah mengimplementasikan sistem RN, seperti Thailand, Filipina, dan Malaysia. Kita juga bisa melakukan replikasi sistem dari Negara tersebut, apabila diperlukan dan dianggap paling bisa diterapkan di Indonesia.
3. Melaksanakan capacity Building dan konsolidasi terhadap kader-kader terbaik.
4. Membentuk Lembaga Diklat Profesi (LDP) Keperawatan, seperti LKKI (Lembaga Kajian Keperawatan Indonesia).
5. Membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi RN (LSP-RN).
6. Melakukan kajian-kajian strategis yang akan diplubikasikan dalam bentuk Nursing Leadership Seminar, media cetak, dan elektronik.
7. Membentuk Nursing Leadership Development Center (NLDC), yang dapat mengembangkan jiwa dan kemampuan kepemimpinanperawat (RN) lintas profesi dan lintas generasi (transkultural Leadership). Diharapkan semakin memantapkan sistem RN di Indonesia (IRNI, 2008).

C. Peningkatan Kompetensi Keperawatan
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM dokter Sunartini SpAk ketika melantik 100 perawat mengatakan, untuk melengkapi kompetensi perawat profesional berstandar internasional perlu dikembangkan unit pelatihan. Unit itu bertujuan meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan dalam keperawatan (Suara Merdeka).
Langkah yang harus di lakukan adalah dengan membuka kelas khusus persiapan pemberangkatan perawat ke luar negeri, yang bertujuan membekali perawat-perawat dengan bahasa, kompetensi keperawatan, dan kultur negara-negara tujuan. Materi pelatihan di berikan oleh para perawat yang mempunyai pengalaman dari luar negeri dan telah menjadi perawat teregistrasi dengan sertifikasi Internasional (Registered Nurse).

Program pelatihan telah mengikuti program yang disepakati oleh lembaga-lembaga pengguna Internasional, dengan memberikan materi pelatihan tentang standard kompetensi Internasional. Program tersebut bisa berupa teori di kelas, maupun dengan praktek di Rumah Sakit maupun di klinik untuk memberikan pelatihan kompetensi dan menguatkan skill para perawat. Misalnya dengan memberikan latihan mengerjakan soal-soal ENCLEX, IELTS dari buku maupun melalui computer, karena dengan adanya latihan yang intensif mengerjakan soal-soal ENCLEX, di harapkan perawat dapat lulus test yang di syaratkan oleh Negara-negara pengguna.
Selanjutnya dengan mempelajari budaya yang ada di Negara tujuan, yang di harapkan perawat yang di kirim ke luar negeri tidak mengalami culture shock, dan yang terpenting melatih kesiapan fisik serta mental perawat yang akan berangkat ke luar Negeri. Pelatihan di akhiri dengan ujian yang diakui oleh Internasional, sehingga perawat lulusan dari pelatihan di akui oleh Internasional dan mampu memberikan pelayanan prima. Pelatihan tersebut akan terwujud dengan adanya dukungan dari pemerintah dengan memfasilitasi pelatihan secara maksimal.


V. KESIMPULAN
Ditengah semakin meningkatnya pengangguran terdidik dari tahun ke tahun, terdapat suatu peluang bagi perawat di Indonesia untuk dapat dikirim ke luar negeri sebagai perawat professional, dan diakui oleh dunia. Perawat Indonesia mempunyai peluang untuk dapat bekerja di Timur tengah (Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, dan Kuwait), bahkan sudah merambah ke negara-negara maju seperti Amerika serikat, Australia, benua Eropa (Inggris, Belanda, Norwegia), dan Jepang.
Untuk menghasilkan perawat professional yang mampu memberikan pelayanan prima, merupakan tidak lepas dari tanggung jawab dari Lembaga pendidikan. Strategi yang perlu di kembangkan pada lembaga pendidikan keperawatan adalah peningkatan kualitas tenaga pendidik dan peningkatan kualitas lembaga pendidikan keperawatan. Hanya saja memang mesti ada target-target angka dari lembaga/pengelola penempatan perawat atau PPNI sebagai organisasi profesi dengan di dukung oleh pemerintah untuk memanfaat peluang kebutuhan Negara-negara maju akan perawat, Dengan pertimbangan bahwa dunia Internasional memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mewujudkan RN di dalam negeri, maka tidak sulit untuk diwujudkan apabila mendapat dukungan politik dari pemimpin bangsa dan pemerintah dalam turut serta merumuskan dan melegalkan Undang-Undang yang dibutuhkan termasuk implementasinya akan mempercepat terbangunnya sistem RN di Indonesia. Untuk melengkapi kompetensi perawat profesional berstandar internasional juga perlu dikembangkan unit pelatihan dengan mengadakan program pelatihan intensif untuk mempersiapkan perawat ke luar Negeri.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E.Zainal. 2000. Dasar-Dasar Penulisan. Jakarta:PT Gramedia.

Ferryefendi, 2007, Prospek Kerja Perawat di Luar Negeri, [online], Available at URL http://ferryefendi.blogspot.com/2007/11/prospek-kerja-perawat-di-luar-negeri.html, [Accessed on 25 August 2008].

Hapsari, Dwi. Elsa, 2006, Menyiapkan Perawat yang Siap Berkompetisi di era Pasar Globalisasi, [online], Available at URL http//io.ppi.org/article.php?id=159, [Accessed on 05 April 2008].

IRNI (Ikatan registered Nurse Indonesia), 2008, Pokok-pokok pikiran dan cita-cita IRNI, Disajikan pada seminar nasional sosialisasi Industri Kesehatan dalam Standarisasi dan Sertifikasi Kompetensi Perawat Profesional. Jakarta, 5 juni 2008.

Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktek Keperawatan Professional, Jakarta:EGC.

Nurmatono, 2006, Kiat-Kiat dan Pengetahuan Tambahan, [online], Available at URL http://nurmartono.blogspot.com/2006/06/kiat-kiat-dan-pengetahuan tambahan_27.html, [Accessed on 25 August 2008].

Syaifoel. hardy, 2008, Kualitas Nursing di Indonesia : Penggerogotan Sistematis Profesi, [online], Available at URL http://www.inna-ppni.or.id/index.php?name=News&file=print&sid=215, [Accessed on 25 August 2008].

Rijadi, Suprijanto, 2005, Kebutuhan Perawat Profesional (Registered Nurse) Didunia 2020 , http://blog.360.yahoo.com/blog-vKiuY48iaa99GCdma4TVq4U-?cq=1 , [Accessed on 19 september 2008].

Suara Merdeka, Jumlah Penganggur Terdidik Bertambah. http://www.suaramerdeka.com/harian/0505/04/ked11.htm. [Accessed on 10 september 2008].

Wati, DNK, 2007, Migrasi perawat Indonesia ke Jepang: Sebuah Prediksi ke Depan, [Online], Available at URL http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2007-03-26-Migrasi-Perawat-Indonesia-ke-Jepang:-Sebuah-Prediksi-ke-Depan.shtml, [Accessed on 25 August 2008].
Read More..

Jumat, 06 Februari 2009

HIDUP SEHAT Yuck….????





Tuntutan hidup di era modern, membuat orang cenderung stres dan mengalokasikan waktu jauh lebih panjang untuk aktivitas sehari-hari. Keadaan seperti ini mengakibatkan orang sulit untuk menjalani gaya hidup sehat: kurang istirahat, kurang olah raga, pola makan yang salah, bahkan muncul kebiasaaan merokok, minum minuman beralkohol, dll. Padahal hidup bahagia bila tubuh kita sehat, kita bias melakukan kegiatan apa saja yang kita mau, makan apa saja yang kita inginkan. Lain halnya bila kita sakit, pasti kita akan lemes, berbaring ditempat tidur tidak berdaya, tidak nafsu makan, dan rasa ketidaknyaman. Nah, tidak ada salahnya kalau kita selalu menjalankan gaya hidup sehat kan??


1. Diet dengan makanan seimbang
Cara terbaik untuk menjaga tubuh dari serangan penyakit adalah mengubah gaya hidup dengan menjalankan diet seimbang, yaitu makanan sehari-hari yang mengandung berbagai zat gizi dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk hidup sehat secara optimal. Komposisinya terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. konsep makanan seimbang ini harus dimulai dari sekarang dengan menghindari berbagai makanan yang dapat meningkatkan kadar lemak dalam dan kolestrol dalam tubuh. Seseorang perlu menghindari lemak jenuh seperti lemak sapi, kambing, makanan bersantan dan gorengan karena dapat meningkatkan kadar kolesterol darah.

2. Perbanyak minum air mineral
Kebutuhan tubuh akan cairan memang tak bisa dibantah. Cairan penting dalam memelihara keseimbangan serta proses metabolisme tubuh. Bila asupan cairan ke dalam tubuh tak seimbang dengan pengeluaran, maka dipastikan Anda akan mengalami gangguan atau pun dehidrasi. Dibawah ini merupakan fakta, kenapa kita harus memperbanyak minum air mineral (air putih) :
• Mempertahankan keseimbangan cairan tubuh.
Fakta medis menunjukkan tubuh manusia 60% terdiri dari cairan. Fungsi-fungsi cairan ini adalah untukproses pencernaan, penyerapan, sirkulasi, produksi air ludah, transportasi nutrisi dan mempertahankan suhu tubuh.
• Membantu mengendalikan kalori.
Sejak lama, orang yang sedang menjalani program diet melakukan kebiasaan banyak minum air putih sebagai strategi menurunkan berat badan. Meskipun air tidak menghasilkan efek magis, menggunakannya sebagai pengganti minuman berkalori tinggi tentu saja akan sangat membantu.

Program diet akan berhasil jika Anda memilih air atau minuman non- kalori sebagai pengganti minuman yang kalori. Lalu diet dengan makanan yang kaya cairan yang lebih menyehatkan, berisi dan membantu Anda memangkas kalori,"ungkap peneliti dari University State of Pennsylvania Barbara Rolls, PhD, penulis buku The Volumetrics Weight Control Plan.
• Membantu membangkitkan otot.
Sel-sel yang tidak mampu mempertahankan keseimbangan akan cairan dan elektrolit, akan berakibat pada kelelahan otot. Ketika sel-sel otot tidak memiliki cairan yang cukup, mereka tidak akan berfungsi dengan baik dan kemampuannya berkurang. Minum air saat berolahraga juga sangat penting. American College of Sports Medicine merekomendasikan bahwa dua jam sebelum berolahraga sebaiknya seseorang meminum 17 ons cairan.
• Membuat kulit tetap bercahaya.
Kulit Anda sebenarnya mengandung banyak air dan berfungsi sebagai benteng dalam mencegah ekses hilangnya cairan tubuh. Namun begitu, jangan harap bahwa kelebihan cairan dapat dijadikan sebagai cara ampuh menghilangkan kerutan dari garis pada kulit .
• Memelihara fungsi ginjal.
Cairan tubuh merupakan media yang juga mentransportasikan sisa atau limbah untuk keluar dan masuk ke dalam sel. Racun utama dalam tubuh adalah nitrogen urea darah, sejenis cairan yang dapat melewati ginjal untuk kemudian diprose dan dieksresikan dalam bentuk urin.
Ketika tubuh memiliki cukup cairan, urin akan mengalir bebas, jernih dan bebas bau. Ketika tubuh tidak punya cuku cairan, konsentrasi urin, warna dan bau akan lebih kentara karena ginjal harus menyerap cairan ekstra untuk menjalankan fungsinya. Tak heran bila Anda minum sedikit air, risiko Anda mengalami batu ginjal akan meningkat terutama pada iklim hangat atau panas.
• Mempertahankan fungsi normal usus.
Asupan cairan yang cukup akan membuat makanan yang melewati saluran cerna dapat mengalir lancar dan mencegah terjadinya kosntipasi. Ketika Anda tidak punya cukup cairan, usus akan menyerap cairan dari feses atau tinja untuk tetap menjaga hidrasi. Alhasil, tentu saja buang air besar Anda akan bermasalah.

3. Olahraga secara Teratur
Tujuan olah raga adalah melancarkan sistim peredaran darah, melemaskan otot-otot yang kaku mulai dari kepala, pundak lutut sampai kaki, menghasilkan energi panas ,membakar lemak dan mengeluarkan racun dalam tubuh berupa keringat. Kenyataannya pada kehidupan kita sehari-hari kita jarang sekali berolah raga, bukannya tidak sempat atau tidak bisa, pada dasarnya kita malas sekali.

4. Hindari Stress
Kiat Mencegah stres :
• Jgn Membiarkan orang lain mengajukan tuntutan atau permintaan kepada anda. Katakan tidak atau jangan takut membela diri
• Setiap hari luangkan waktu untuk rileks
• Tetapkan tujuan dan harapan-harapan realistik untuk diri sendiri, tapi pahami bahwa anda tak dapat mengatur semuanya
• Cari apa penyebab stres dalm hidup anda.Keluarkan apa yang dapat di keluarkan, dan belajar bagaimana cara mengelola stres
• Ingatkan diri sendiri saat anda berhasil menyeleseikan sesuatu secara baik dan sukses yang pernah anda raih

5. Tidur yang baik ( ± 7 jam perhari)
Tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang untuk menjaga keseimbangan mental emosional dan kesehatan. Dengan tidur seseorang dapat mengistirahatkan fungsi otak, motorik (pergerakan otot-otot seluruh tubuh), sehingga otot-otot dapat relaksasi dan berkurang ketegangannya. Tidur dianjurkan paling sedikit 7 jam semalam.
Read More..

Gigi Berlubang Pintu Gerbang Segala Penyakit





Perawatan kesehatan gigi kerap diabaikan banyak orang. Padahal, kondisi gigi yang tak terawat bisa mengakibatkan gigi berlubang (karies), karang gigi, dan penyakit gusi berdarah. Bahkan, bakteri patogen yang berada di gigi dan mulut ikut masuk ke dalam aliran darah sehingga mengganggu fungsi organ tubuh lain. Karies penyebab utama kehilangan gigi pada usia muda. Penyebabnya adalah bakteri streptococcus mutans dan lactobacilli yang mengubah glukosa dan karbohidrat pada makanan jadi asam dan akhirnya merusak struktur gigi hingga berlubang.


Masalah karies gigi biasanya belum menimbulkan keluhan sakit, kecuali telah mencapai bagian dentin dan pulpa gigi. Karena pulpa penuh sel saraf dan pembuluh darah terinfeksi, maka akan timbul rasa sakit terus- menerus. Komplikasi lalu terjadi dengan matinya sel saraf sehingga rasa sakit juga berhenti sehingga biasanya orang sering mengabaikan. Padahal, ketika sel saraf mati, proses kerusakan di dalam gigi terus berjalan sampai ke tulang pendukung sehingga terjadi pembengkakan. Gigi pun mulai goyah dan harus dicabut.

Perkembangan karies gigi dipengaruhi oleh perbedaan pola makan, waktu makan yang lebih lama, sisa makanan di mulut dalam waktu lama, perkembangan bakteri dalam mulut, dan tingkat kematangan email. Mulut merupakan tempat ideal bagi perkembangan bakteri. Jika tidak dibersihkan dengan sempurna, maka racun, sisa kotoran, dan mikroorganisme pada gigi bisa masuk ke dalam tubuh melalui aliran darah. Ini bisa membuat seseorang pegal-pegal di sekitar leher, peradangan otot, gangguan pada mata, ginjal, bahkan jantung. Ini ditimbulkan infeksi pada gigi karena kedua organ ini punya Komplikasi yang banyak ditemui adalah pada mata. Jadi, mata cepat lelah, nyeri pada bagian atas mata.

Penyebaran penyakit dari gigi ke organ tubuh lain terjadi lantaran adanya sumber (focal) infeksi, yakni infeksi kronis di suatu tempat dan memicu penyakit di tempat lain. Racun, sisa-sisa kotoran, dan mikroba penginfeksi bisa menyebar ke tempat lain di tubuh seperti ginjal, jantung, mata, dan kulit. Dampak penyakit gigi pada jantung dapat berupa penyakit jantung koroner, peradangan otot, serta katup jantung.

Bakteri juga bisa melekat pada lapisan (plak) lemak di pembuluh darah jantung dan mempertebal plak. Itu semua menghambat aliran darah dan penyaluran sumber makanan maupun oksigen ke jantung. Bakteri di lubang gigi maupun gusi yang rusak dapat masuk ke dalam sirkulasi darah lewat gusi yang berdarah. Bakteri ini dengan mudah menyerang katup jantung maupun otot jantung yang telah melemah, kemudian terjadilah jantung koroner lalu peradangan otot serta katup jantung (endokarditis).

Gejala awal dapat berupa nyeri dada, diikuti rasa mual, muntah, pusing, keringat dingin, tungkai serta lengan menjadi dingin,sesak napas,demam, bising jantung, perdarahan di bawah kulit, bahkan embolisasi (penyumbatan) pembuluh darah kecil di organ-organ tubuh lainnya

PENCEGAHAN PENYAKIT GIGI DAN MULUT SECARA UMUM :
 Menjaga Kebersihan mulut dan cara menyikat gigi minimal setelah makan pagi dan sebelum tidur malam
 Makan- makan yang segar, cukup gizi dan vitamin. Kurangi makan manis, lunak dan lengket.
 Penggunaan pasta gigi berflouride.
 Periksa gigi secara teratur minimal 6 bulan sekali

CARA MENYIKAT GIGI YANG BENAR
 Gosok seluruh permukaan gigi yang menghadap bibir dan pipi secara vertikal, cara vertikal ini selain membersihkan sela-sela gigi juga dapat dipakai untuk massage gusi agar sehat.
 Gosok seluruh permukaan yang kontak atas dan bawah termasuk bagian belakang gigi terakhir mulai dari samping kiri hingga kanan atau sebaliknya.
 Gosok permukaan gigi yang menghadap lidah baik atas dan bawah mulai dari gigi kiri, depan, kemudian gigi kanan atau sebaliknya.
 Untuk menjaga kebersihan mulut lainnya, sikat permukaan lidah yang berfungsi sebagai pengecap makanan.

BEBERAPA CONTOH PERAWATAN GIGI OLEH DOKTER GIGI :
1. Pembersihan karang gigi.
2. Penambahan gigi yang berlubang baik yang secara langsung ditambal maupun yang harus melalui perawatan syaraf gigi.
3. Pencambutan gigi baik secara langsung maupun operasi.
4. Pembuatan gigi tiruan, sebagian gigi atau seluruh gigi dan bisa secara cekat ataupun lepasan.
5. Meratakan gigi, baik secara cekat maupun lepasan.
6. Memutihkan gigi yang berwarna, dilakukan sesuai dengan bidang kedokteran gigi.
7. Perawatan lain yang memerlukan ketrampilan khusus.

Dengan GIGI Sehat Menuju Puncak Prestasi Dunia
Read More..

Kamis, 05 Februari 2009

Asuhan Keperawatan Klien dengan Asma



BAB I
PENDAHULUAN

Beberapa laporan ilmiah baik di dalam negeri atau luar negeri menunjukkan bahwa angka kejadian alergi dan asma terus meningkat tajam beberapa tahun terakhir. Tampaknya alergi merupakan kasus yang mendominasi kunjungan penderita di klinik rawat jalan pelayanan kesehatan anak Salah satu menifestasi penyakit alergi yang tidak ringan adalah asma. Penyakit asma terbanyak terjadi pada anak dan berpotensi mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Alergi dapat menyerang semua organ dan fungsi tubuh tanpa terkecuali. Sehingga penderita asma juga akan mengalami gangguan pada organ tubuh lainnya. Disamping itu banyak dilaporkan permasalahan kesehatan lain yang berkaitan dengan asma tetapi kasusnya belum banyak terungkap. Kasus tersebut tampaknya sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak, tetapi masih perlu penelitian lebih jauh. Dalam tatalaksanan asma anak tidak optimal, baik dalam diagnosis, penanganan dan pencegahannya.

Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1996, penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan sesak napas seperti bronchitis, emfisema, dan asma merupakan penyebab kematian ketujuh di Indonesia. Berdasarkan SO2RS tahun 1999, penyakit-penyakit tersebut menempati urutan pertama penyebab kematian. Asma yang tidak ditangani dengan baik dapat mengganggu kualitas hidup anak berupa hambatan aktivitas 30 persen, dibanding 5 persen pada anak non-asma. Asma menyebabkan kehilangan 16 persen hari sekolah pada anak-anak di Asia, 34 persen di Eropa, dan 40 persen di Amerika Serikat. Banyak kasus asma pada anak tidak terdiagnosis dini, karena yang menonjol adalah gejala batuknya, bisa dengan atau tanpa wheezing (mengi).
Penyakit asma mengenai semua umur meski kekerapannya lebih banyak pada anak-anak dibanding dewasa. Asma lebih banyak diderita anak laki-laki. Pada usia dewasa lebih banyak pada perempuan. Resiko dan tanda alergi atau asma dapat diketahui sejak anak dilahirkan bahkan sejak dalam kandunganpun mungkin sudah dapat terdeteksi. Alergi dan asma dapat dicegah sejak dini dan diharapkan dapat mengoptimalkan tumbuh dan kembang anak secara optimal. Perbedaan prevalensi asma pada anak di kota biasanya lebih tinggi dibanding di desa. Terlebih pada golongan sosioekonomi rendah dibanding sosioekonomi tinggi. Pola hidup di kota besar meningkatkan risiko terjadinya asma baik prevalensi, morbiditas (perawatan dan kunjungan ke instalasi gawat darurat), maupun mortalitasnya. Lingkungan dalam rumah golongan sosioekonomi rendah mendukung pencetusan asma.

Asma adalah penyakit yang mempunyai banyak faktor penyebab. Yang paling sering karena factor atopi atau alergi. Penyakit ini sangat berkaitan dengan penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua orang tua, kakek atau nenek anak menderita asma bisa diturunkan ke anak. Faktor-faktor penyebab dan pemicu asma antara lain debu rumah dengan tungaunya, bulu binatang, asap rokok, asap obat nyamuk, dan lain-lain. Beberapa makanan penyebab alergi makanan seperti susu sapi, ikan laut, buah-buahan, kacang juga dianggap berpernanan penyebab asma. Polusi lingkungan berupa peningkatan penetrasi ozon, sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksid (NOX), partikel buangan diesel, partikel asal polusi (PM10) dihasilkan oleh industri dan kendaraan bermotor. Makanan produk industri dengan pewarna buatan (misalnya tartazine), pengawet (metabisulfit), dan vetsin (monosodium glutamat-MSG) juga bisa memicu asma. Kondisi lain yang dapat memicu timbulnya asma adalah aktifitas, penyakit infeksi, emosi atau stres.
BAB II
ISI

A. DEFINISI
Asma bronkhiale adalah penyakit jalan napas obstruktif intermitten, reversible, dimana trakeobronkhiale berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma bronkhiale adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic Society).
B. ANATOMI DAN PATOLOGI ANATOMI



Gambar : Asma terjadi karena penyempitan, peradangan
& konstriksi otot bronkus.

C. ETIOLOGI

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhiale.
1. Faktor predisposisi
Berupa faktor genetik, dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena ada bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhiale jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitifitas saluran pernapasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1.) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan ; debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
2.) Ingestan, yang masuk melalui mulut ; makanan, obat-obatan.
3.) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit ; perhiasan, logam dan jam tangan.
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfer yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti : musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dnegan arah angin serbuk bunga dan debu.
c. Stress
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati, penderita asma yang mengalami stress juga perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
d. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya, orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabril asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
e. Olahraga / aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

D. KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhiale dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, sebuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin), dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti tersebut diatas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernapasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non alergik.

E. PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut ; seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibodi Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brinkhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibodi Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhiolus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.

Pada asma, diameter bronkhiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian luar bronkhiolus. Karena bronkhiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dipsnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru.
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat dalam Bagan Pathoflow (pohon masalah) Asma Bronkhial (terlampir).

F. GEJALA ASMA DAN MANIFESTASI KLINIS
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis. Tapi pada saat serangan penderita tampak bernapas cepat dan dangkal, gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta otot-otot bantu pernapasan bekerja dengan keras. Gejala klasik asma bronkhiale diantaranya adalah sesak napas, bunyi mengi (wheezing), batuk dan rasa berat di dada, lendir atau dahak berlebihan, sukar keluar dan sering batuk kecil atau berdehem. Batuk biasanya lama di waktu malam hari atau cuaca sejuk.
Pada serangan asama yang lebih berat, gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain : sianosis, gangguan kesadaran, tachicardi. Asma pada anak tidak harus sesak atau mengi. Batuk malam hari yang lama dan berulang pada anak harus dicurigai adanya asma pada anak. Ciri lainnya adalah batuk saat aktifitas (berlari, menangis atau tertawa). Kriteria berat ringannya penyakit asma ditentukan berdasarkan tipe dalam kebutuhan terhadap terapi atau obat-obatan. Kriteria menurut GINA (Global Initiative for Asma) :
Tabel 1. Klasifikasi derajat asma :
NO. DERAJAT ASMA GEJALA GEJALA MALAM FUNGSI PARU
1. Intermitten (Mingguan) - < 1 kali/minggu
- Tanpa gejala di luar serangan.
- Serangan singkat.
- Fungsi paru asimtomatik dan normal luar serangan. ≤ 2 kali sebulan. VEPI atau APE ≥ 80 %.
2. Persisten Ringan (Mingguan) - > 1 kali/minggu, tapi < 1 kali/hari.
- Serangan dapat mengganggu aktivitas tidur. > 2 kali seminggu. VEPI atau APE ≥ 80 % normal.
3. Persisten Sedang (Harian) - Gejala harian.
- Menggunakan obat setiap hari.
- Serangan mengganggu aktivitas tidur. > 1 kali seminggu VEPI atau APE > 60 % tetapi ≤ 80 % normal.
4. Persisten Berat (Kontinu) - Gejala terus menerus.
- Aktivitas fisik terbatas.
- Sering serangan. Sering. VEPI atau APE < 80 % normal.

Asma adalah salah satu manifestasi gangguan alergi. Keluhan alergi sering sangat misterius, sering berulang, berubah-ubah datang dan pergi tidak menentu. kadang minggu ini sakit tenggorokan, minggu berikutnya sakit kepala, pekan depannya sesak selanjutnya sulit makan hingga berminggu-minggu. Bagaimana keluhan yang berubah-ubah dan misterius itu terjadi. Ahli alergi modern berpendapat serangan alergi atas dasar target organ (organ sasaran). Reaksi alergi yang dapat menggganggu beberapa sistem dan organ tubuh dapat menyertai penderita asma.

Organ tubuh atau sistem tubuh tertentu mengalami gangguan atau serangan lebih banyak dari organ yang lain. Mengapa berbeda, hingga saat ini masih belum banyak terungkap. Gejala tergantung dari organ atau sistem tubuh , bisa terpengaruh bisa melemah. Jika organ sasarannya paru bisa menimbulkan batuk atau asma, pada kulit terjadi eksim, pada hidung terjadi pilek. Tak terkecuali otakpun dapat terganggu oleh reaksi alergi. Apalagi organ terpeka pada manusia adalah otak, sehingga dapat mengganggu perilaku.

Tabel 2. Manifestasi alergi lain yang dapat menyertai pada penderita asma :
1. Sering pilek, sinusitis, bersin, mimisan. tonsilitis (amandel), sesak, suara serak.
2. Pembesaran kelenjar di leher dan kepala belakang bawah.
3. Sering lebam kebiruan pada kaki atau tangan seperti bekas terbentur.
4. Kulit timbul bisul, kemerahan, bercak putih dan bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Sering menggosok mata, hidung atau telinga, kotoran telinga berlebihan.
5. Nyeri otot & tulang berulang malam hari.
6. Sering kencing, atau bed wetting (ngompol).
7. Gangguan saluran cerna : Gastroesofageal refluk, sering muntah, nyeri perut, sariawan, lidah sering putih atau kotor, nyeri gusi atau gigi, mulut berbau, air liur berlebihan, dan bibir kering.
8. Sering buang air besar (> 2 kali/hari), sulit buang air besar (obstipasi), kotoran bulat kecil hitam seperti kotoran kambing, keras, sering buang angin.
9. Kepala,telapak kaki/tangan sering teraba hangat atau dingin. Sering berkeringat (berlebihan).
10. Mata gatal, timbul bintil di kelopak mata, mata sering berkedip.
11. Gangguan hormonal : tumbuh rambut berlebihan di kaki dan tangan, keputihan.
12. Sering sakit kepala, migrain.

Alergi ternyata berkaitan dengan gangguan sistem susunan saraf pusat dapat menimbulkan beberapa manifestasi klinik, diantara dapat mengganggu neuroanatomi dan neuroanatomi fungsional. Sistem susunan saraf pusat adalah bagian yang paling lemah dan sensitif dibandingkan organ tubuh lainnya. Otak adalah merupakan pusat segala koordinasi sistem tubuh dan fungsi luhur. Sedangkan alergi dengan berbagai akibat yang bisa mengganggu organ sistem susunan saraf pusat dan disfungsi sistem imun itu sendiri tampaknya menimbulkan banyak manifestasi klinik yang dapat mengganggu perkembangan dan perilaku seorang anak.

Dampak Penyakit Alergi pada Fungsi Otak, diamati oleh G. Kay, Associate Professor Neurology dan Psychology Georgetown University School of Medicine Washington. Dampak penyakit alergi pada fungsi otak bermanifestasi sebagai menurunnya kualitas hidup, menurunnya suasana kerja yang baik, dan menurunnya efisiensi fungsi kognitif. Pasien dengan rinitis alergik dilaporkan mengalami penurunan kualitas hidup yang sama dengan yang dialami pasien-pasien dengan asma atau penyakit kronik serius lainnya. Penyakit alergi tidak saja mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan tetapi juga mengganggu aktivitas di waktu luang.

Beberapa studi empiris menunjukkan efek alergi terhadap fungsi kognitif dan mood. Marshall dan Colon tahun 1989 membuktikan bahwa pada kelompok pasien dengan rinitis alergi musiman mempunyai fungsi belajar verbal dan mood yang lebih buruk dibandingkan dengan kelompok pasien tanpa serangan alergi. Pada dua penelitian yang dilakukan oleh Vuurman, dkk dibuktikan bahwa kemampuan mengerjakan tugas sekolah pada murid-murid penderita alergi lebih buruk dibandingkan kemampuan murid-murid lain dengan usia.

Beberapa peneliti lain menunjukkan adanya hubungan antara penyakit alergi dengan gangguan kepribadian seperti sifat pemalu dan sifat agresif. Pada tes kepribadian dapat terlihat bahwa pasien-pasien alergi lebih bersifat mengutamakan tindakan fisik, lebih sulit menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial, dan mempunyai mekanisme defensif yang kurang baik. Jumlah serangan alergi yang dilaporkan oleh pasien ternyata berhubungan dengan meningkatnya kecemasan, depresi, kesulitan berkonsentrasi, dan kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Reichenberg K mengadakan pengamatan pada anak penderita asma usia 7-9 tahun, didapatkan gangguan emosi dan gangguan perilaku lainnya. Jill S Halterman, dari the University of Rochester School of Medicine di Rochester, New York, melaporkan penderita asma di usia sekolah lebih sering didapatkan perilaku sosial yang negatif seperti mengganggu, berkelahi atau melukai teman lainnya. Juga didapatkan perilaku pemalu dan mudah cemas.

Alergi dengan berbagai mekanisme yang berkaitan dengan gangguan neuroanatomi tubuh dapat menimbulkan beberapa manifestasi klinis seperti sakit kepala, migrain, vertigo, kehilangan sesaat memori (lupa). Beberapa penelitian menunjukkan hal tersebut, misalnya Krotzky tahun 1992 mengatakan migraine, vertigo dan sakit kepala dapat disebabkan karena makanan alergi atau kimiawi lainnya. Strel'bitskaia tahun 1974 mengemukakan bahwa pada penderita asma didapat gangguan aktifitas listrik di otak, meskipun saat itu belum bisa dilaporkan kaitannya dengan manifestasi klinik.

Storfer dkk tahun 2000, melaporkan terdapat kecenderungan terjadi myopia (rabun jauh) 2 kali lebih besar, dalam pengamatan pada 2.720 anak penderita alergi dan asma. Sehingga anak alergi atau asma 2 kali lebih besar untuk memakai kaca mata sejak usia muda. Reaksi alergi dengan berbagai manifestasi klinik ke sistem susunan saraf pusat dapat mengganggu neuroanatomi fungsional, selanjutnya akan mengganggu perkembangan dan perilaku pada anak. Beberapa gangguan perilaku yang pernah dilaporkan pada penderita alergi juga pernah dilaporkan pada penderita asma.

Tabel 2. Gangguan perilaku yang sering dikaitkan dengan penderita alergi dan asma
1. GANGGUAN TIDUR (biasanya MALAM-PAGI) gelisah/bolak-balik ujung ke ujung, bila tidur berbicara, tertawa, berteriak dalam tidur, sulit tidur, malam sering terbangun, duduk, gelisah saat memulai tidur, brushing (gigi gemeretak, beradu gigi), tidur ngorok dan mimpi buruk.
2. GANGGUAN KONSENTRASI : CEPAT BOSAN terhadap sesuatu aktifitas (kecuali menonton televisi, baca komik atau main game), TIDAK BISA BELAJAR LAMA, terburu-buru, tidak mau antri, TIDAK TELITI, sering kehilangan barang atau sering lupa, nilai pelajaran naik turun drastis. Nilai pelajaran tertentu baik, tapi pelajaran lain buruk. Sulit menyelesaikan pelajaran sekolah dengan baik. Sering mengobrol dan mengganggu teman saat pelajaran. BIASANYA ANAK TAMPAK CERDAS DAN PINTAR.
3. EMOSI TINGGI (mudah marah, sering berteriak /mengamuk/tantrum), keras kepala, suka membantah dan sulit diatur. Cengeng atau mudah menangis.
4. GANGGUAN PERKEMBANGAN MOTORIK KAKI DAN MULUT :Tidak bisa BOLAK-BALIK, DUDUK, MERANGKAK sesuai usia. Berjalan sering terjatuh dan terburu-buru, sering menabrak, jalan jinjit, duduk leter W/kaki ke belakang. Terlambat mengayuh sepeda, keterlambatan dan gangguan proses mengunyah makanan.
5. IMPULSIF : banyak bicara / tertawa berlebihan, sering memotong pembicaraan orang lain.

G. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya :
a. Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.
b. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
c. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
d. Netrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
2. Pemeriksaan Darah
a. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia atau asidosis.
b. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
c. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm³ dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut :
1.) Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
2.) Bila terdapat komplikasi empisema, maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.
3.) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.
4.) Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
5.) Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
b. Pemeriksaan Tes Kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
1.) Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation.
2.) Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBBB (Right Bundle Branch Block).
3.) Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negatif.

d. Scanning Paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometri dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adreenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20 % menunjukkan diagnosis asma. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

H. PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN ASMA
Prinsip umum pengobatan asma bronkhiale adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan napas dengan segera.
2. mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma.
3. Memberikan penjelasan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnya.

Pengobatan pada asma bronkhiale terbagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Pengobatan non farmakologik
a. Memberikan penyuluhan.
b. Menghindari faktor pencetus.
c. Pemberian cairan.
d. Fisioterapi.
e. Pemberian oksigen (bila perlu)
2. Pengobatan farmakologik
a. Bronkhodilator
Obat yang melebarkan saluran napas. Terbagi menjadi 2 golongan :
1.) Simpatomimetik / adrenergik (adrenalin dan efedrin)
Nama obat : orsiprenalin (alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma). Obat-obat golongan ini tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan : MDI (Metered Dose Inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (ventolin diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan bronkodilator (Alupent, berotec, bricasma) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus) untuk selanjutnya dihirup.
2.) Santin
Nama obat : Aminofilin (Amicam supp.), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin (Amilex). Efek teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat.
Cara pemakaian : bentuk suntikan teofilin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
b. Kortikosteroid
Kortikosteroid merupakan obat yang secara langsung mempunyai efek terhadap komponen inflamasi dan menghambat pelepasan mediator dari sel mast. Obat ini juga meningkatkan kerja obat beta-2 agonis dengan mesensitisasi beta-2 reseptor. Kortikosteroid sangat efektif untuk mengontrol asma kronik dan obat ini harus diberikan pada asma akut berat karena akan memberikan efek terapi yang jelas serta menurunkan angka kematian.
c. Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama pada anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
d. Ketotifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis 2 x 1 mg /hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
e. Selain obat-obat di atas, obat lain seperti antibiotika, mukolitik dan ekspektoran diberikan atas indikasi. Sedangkan pemberian obat penenang tidak dianjurkan karena dapat menekan pusat pernapasan. Antihistamin akan mengentalkan sekret, sebaiknya tidak diberikan kecuali bila jelas ada tanda-tanda alergi.

Penanganan alergi dan asma pada anak haruslah dilakukan secara benar, paripurna dan berkesinambungan. Pemberian obat terus menerus bukanlah jalan terbaik dalam penanganan alergi, tetapi yang paling ideal adalah menghindari penyebab yang bisa menimbulkan keluhan alergi dan asma tersebut. Saat ini terapi yang terbaik yang direkomendasikan adalah kombinasi pengobatan dengan long acting β-2 agonis dan kortikosteroid dalam satu bentuk inhalasi. Long acting β-2 agonis ini berguna untuk menstimulasi adenil siklase intraseluler, enzim yang berguna untuk mengubah ATP menjadi siklik AMP, peningkatan AMP ini dapat menyebabkan otot polos bronkus berelaksasi dan menghambat pelepasan mediator hipersensitivitas yang bersifat segera, terutama sel mast. Sedangkan kortikosteroid berguna untuk anti inflamasi dengan manghambat aktivasi dari eosinofil dan menghambat pelepasan mediator inflamasi selanjutnya.
Pemakaian terapi hirupan pada penderita asma khususnya pada anak di Indonesia saat ini masih belum banyak digunakan. Di negara maju terapi ini justru lebih banyak digunakan karena lebih efektif, lebih aman dan relatif murah dibandingkan dengan obat minum. Tetapi di Indonesia orang tua sering menolak kalau sudah diberi anjuran terapi hirupan. Dengan pengobatan hirupan tersebut dianggap asma anaknya sudah sangat mengkawatirkan. Tampaknya sosialisasi lebih jauh tentang penggunaan terapi hirupan pada asma ini harus segera dilakukan.

Bila terdapat riwayat keluarga baik saudara kandung, orangtua, kakek, nenek atau saudara dekat lainnya yang alergi atau asma. Atau bila anak sudah terdapat ciri-ciri alergi sejak lahir atau bahkan bila mungkin deteksi sejak kehamilan maka harus dilakukan pencegahan sejak dini. Faktor resiko yang bisa dikenali sejak lahir adalah gangguan sesak saat lahir (Transient Tachypnea of the Newborn), bayi lahir sangat rendah (prematur) atau bronkopulmunar displasia, Resiko alergi atau asma pada anak dikemudian hari dapat dihindarkan bila kita dapat mendeteksi dan mencegah sejak dini.

Pencegahan alergi terbagi menjadi 2 tahap, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1. Pencegahan Primer, bertujuan menghambat sensitisasi imunologi oleh makanan terutama mencegah terbentuknya Imunoglobulin E (IgE). Pencegahan ini dilakukan sebelum terjadi sensitisasi atau terpapar dengan penyebab alergi. Hal ini dapat dilakukan sejak saat kehamilan.
2. Pencegahan sekunder, bertujuan untuk mensupresi (menekan) timbulnya penyakit setelah sensitisasi. Pencegahan ini dilakukan setelah terjadi sensitisasi tetapi manifestasi penyakit alergi belum muncul. Keadaan sensitisasi diketahui dengan cara pemeriksaan IgE spesifik dalam serum darah, darah tali pusat atau uji kulit. Saat tindakan yang optimal adalah usia 0 hingga 2 tahun.
3. Pencegahan tersier, bertujuan untuk mencegah dampak lanjutan setelah timbulnya alergi. Dilakukan pada anak yang sudah mengalami sensitisasi dan menunjukkan manifestasi penyakit yang masih dini tetapi belum menunjukkan gejala penyakit alergi yang lebih berat. Saat tindakan yang optimal adalah usia bulan hingga 4 tahun. Kontak dengan antigen harus dihindari selama periode rentan pada bulan-bulan awal kehidupan, saat limfosit T belum matang dan mukosa usus kecil dapat ditembus oleh protein makanan.

Ada beberapa upaya pencegahan yang perlu diperhatikan supaya anak terhindar dari keluhan alergi yang lebih berat dan berkepanjangan :
1. Hindari atau minimalkan penyebab alergi sejak dalam kandungan, dalam hal ini oleh ibu. Bila ibu hamil didapatkan gerakan atau tendangan janin yang keras dan berlebihan pada kandungan disertai gerakan denyutan keras (hiccups/cegukan) terutama malam atau pagi hari, maka sebaiknya ibu harus mulai menghindari penyebab alergi sedini mungkin. Dalam keadaan seperti ini Committes on Nutrition AAP menganjurkan eliminasi diet jenis kacang-kacangan.
2. Pemberian makanan padat dini dapat meningkatkan resiko timbulnya alergi. Bayi yang mendapat makanan pada usia 6 bulan mempunyai angka kejadian dermatitis alergi yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang mulai mendapat makanan tambahan pada usia ² bulan.
3. Hindari paparan debu di lingkungan seperti pemakaian karpet, korden tebal, kasur kapuk, tumpukan baju atau buku. Hindari pencetus binatang (bulu binatang piaraan kucing dsb, kecoak, tungau pada kasur kapuk).
4. Tunda pemberian makanan penyebab alergi, seperti ayam di atas 1 tahun, telor, kacang tanah di atas usia 2 tahun dan ikan laut di atas usia ² tahun.
5. Bila membeli makanan dibiasakan untuk mengetahui komposisi makanan atau membaca label komposisi di produk makanan tersebut.
6. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dapat mencegah resiko alergi pada bayi . Bila bayi minum ASI, ibu juga hindari makanan penyebab alergi. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu dapat masuk ke bayi melalui ASI. Terutama kacang-kacangan, dan dipertimbangkan menunda telur, susu sapi dan ikan. Meskipun masih terdapat beberapa penelitian yang bertolak belakang tentang hal ini.
7. Committes on Nutrition AAP menganjurkan pemberian suplemen kalsium dan vitamin selama menyusui.
8. Bila ASI tidak memungkinkan atau kalau perlu kurang gunakan susu hipoalergenik formula untuk pencegahan terutama usia di bawah 6 bulan.Bila dicurigai alergi terhadap susu sapi bisa menggunakan susu protein hidrolisat. Penggunaan susu soya harus tetap diwaspadai karena 30 – 50% bayi masih mengalami alergi terhadap soya.
9. Bila timbul gejala alergi, identifikasi pencetusnya dan hindari.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ASMA BRONKHIAL

A. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
1. Riwayat kesehatan yang lalu:
 Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
 Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
 Kaji riwayat pekerjaan pasien.
2. Aktivitas
 Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
 Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
 aktivitas sehari-hari.
 Tidur dalam posisi duduk tinggi
3. Pernapasan
 Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
 Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
 Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu, melebarkan hidung.
 Adanya bunyi napas mengi.
 Adanya batuk berulang.
4. Sirkulasi
 Adanya peningkatan tekanan darah.
 Adanya peningkatan frekuensi jantung.
 Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
 Kemerahan atau berkeringat.

5. Integritas ego
 Ansietas
 Ketakutan
 Peka rangsangan
 Gelisah
6. Asupan nutrisi
 Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
 Penurunan berat badan karena anoreksia.
7. Hubungan sosal
 Keterbatasan mobilitas fisik.
 Susah bicara atau bicara terbata-bata.
 Adanya ketergantungan pada orang lain.
8. Seksualitas
 Penurunan libido

B. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d bronkospasme.
2. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen (spasme bronkus).
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d nafsu makan menurun.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuatnya imunitas.
5. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi ;salah mengerti tentang informasi.
C. Intervensi Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d bronkospasme.
Hasil yang diharapkan: mempertahankan jalan nafas dengan bunyi bersih dan jelas.
Intervensi Rasional :
Mandiri
1) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex: mengi.
Rasional ; Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas.
2) Kaji / pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi ekspirasi.
Rasional : Tachipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stress/ adanya proses infeksi akut
3) Catat adanya derajat dispnea,ansietas, distress pernafasan, penggunaan obat bantu.
Rasional : Disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses akut yang menimbulkan perawatan dirumah sakit.
4) Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien, contoh : meninggikan kepala tempat tidur, duduk pada sandara tempat tidur.
Rasional : Peninggian kepala tempat tidur memudahkan fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi
5) Pertahankan polusi lingkungan minimum, contoh: debu, asap dll.
Rasional : Pencetus tipe alergi pernafasan dapat mentriger episode akut.
6) Tingkatkan masukan cairansampai dengan 3000 ml/ hari sesuai toleransi jantung, memberikan air hangat.
Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, penggunaan cairan hangat dapat menurunkan kekentalan sekret, dan dapat menurunkan spasme bronkus
Kolaborasi
1) Berikan obat sesuai dengan indikasi bronkodilator.
Rasional : Merelaksasikan otot halus dan menurunkan spasme jalan nafas, mengi, dan produksi mukosa.



2. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen (spasme bronkus).
Hasil yang diharapkan : ; perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan edekuat
Intervensi Rasional :
Mandiri
1) Kaji/awasi secara rutin kulit dan membran mukosa.
Rasional : Sianosis mungkin perifer atau sentral keabu-abuan dan sianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.
2) Palpasi fremitus.
Rasional : Penurunan getaran vibrasi diduga adanya pengumplan cairan/udara.
3) Awasi tanda vital dan irama jantung.
Rasional : Tachicardi, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
Kolaborasi
1) Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan toleransi pasien.
Rasional : Dapat memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d nafsu makan menurun
Hasil yang diharapkan : menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yangtepat
Intervensi rasional :
Mandiri:
1) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kerusakan makanan.
Rasional : Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena dipsnea.
2) Sering lakukan perawatan oral, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai.
Rasional : Rasa tak enak, bau menurunkan nafsu makan dan dapa menyebabkan mual/muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.
Kolaborasi
1) Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.
Rasional : Menurunkan dipsnea dan meningkatkan energi untuk makan, meningkatkan masukan

4. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuatnya imunitas
Hasil yang diharapkan :
 mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi.
 Perubahan ola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang nyaman.
Intervensi Rasionalisasi :
Mandiri
1) Awasi suhu.
Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi dan atau dehidrasi
2) Kaji pentingnya latihan napas, batuk efektif, perubahan posisi sering, dan masukan cairan adekuat
Rasional : Meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran secret untuk menurunkan resiko terjadinya infeksi paru
3) Tunjukkan dan Bantu pasien tentang pembuangan tisu dan sputum.
Raional : Mencegah penyebaran patogen melalui cairan
4) Awasi pengunjung; berikan masker sesuai dengan indikasi
Rasional : Menurunkan potensial terpajan pada penyakit infeksius
5) Dorong keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
Rasional : Menurunkan kebutuhan keseimbangan oksigen dan memperbaiki pertahanan pasien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan

6) Diskusikan kebutuhan nutrisi adekuat
Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi
Kolaborasi
1) Dapatkan specimen sputum dengan batuk atau pengisapan untuk pewarnaan gram, kultur/sensitifitas.
Rasional : untuk mengidentifikasi organisme penyabab dan kerentanan terhadap berbagai anti microbial

5. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi ;salah mengerti tentang informasi
Hasil yang diharapkan :
 Menyatakan pemahaman tentang kondisi/proses penyakit dan tindakan
 Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalamprogram pengobatan
Intervensi Rasionalisasi :
Mandiri :
1) Jelaskan tentang proses penyakit individu
Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.
2) Diskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan.
Rasional : Penting bagi pasien memahami perbedaan antara efek samping mengganggu dan merugikan
3) Tunjukkan tehnik penggunaan inhaler.
Rasional : Pemberian obat yang tepat meningkatkan keefektifanya.
4) Diskusikan faktor individu yang dapat meningkatkan kondisi, mis; udara terlalu kering, angin, lingkungan dengan suhu extrem, serbuk, asap tembakau, sprei aerosol, polusi udara,
Rasional : Faktor lingkunan ini dapat menimbulkan/meningkatkan iritasi bronkhial sehingga peningkatan produksi secret dan hambatan jalan napas

D. Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan, klien dapat menunjukkan perbaikan kondisi yang ditunjukkan dengan :
 Pasien mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih/jelas
 Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas, misalnya; batuk efektif, dan mengeluarkan sekret
 Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan beban gejala distres pernafasan
 Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat
 Menyatakan pemahaman penyebab / faktor resiko individu
 Tidak terjadi proses infeksi
 Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan

BAB IV
KESIMPULAN

Sering kambuh dan berulangnya keluhan asma, sehingga sering orang tua frustasi akhirnya ”shopping” atau berpindah-pindah ke beberapa dokter. Hal ini dilakukan karena sering kali keluhan alergi pada anak tersebut sering kambuh meskipun diberi obat yang paling mahal dan paling baik. Bila penatalaksanaan tidak dilakukan secara baik dan benar maka keluhan alergi atau asma akan berulang dan ada kecenderungan membandel. Berulangnya kekekambuhan tersebut akan menyebabkan meningkatnya pengeluaran biaya kesehatan. Tetapi yang harus lebih diperhatikan adalah meningkatkannya resiko untuk terjadinya efek samping akibat pemberian obat. Tak jarang penderita asma mendapatkan antibiotika dan steroid dalam jangka waktu yang lama. Setelah berganti-ganti dokter biasanya orang tua pasien baru menyadari sepenuhnya kalau anaknya alergi setelah mengalami sendiri kalau keluhannya membaik setelah dilakukan penghindaran makanan tanpa harus minum obat.

Pada anak yang mengalami gejala alergi yang terus menerus tidak terkendali maka sangat mengganggu prestasi sekolah. Prestasi di sekolah terganggu karena seringnya absen di pelajaran sekolah dan yang lebih utama juga disebabkan adanya gangguan belajar, gangguan konsentrasi atau pemusatan perhatian dan gangguan perilaku lainnya. Penderita alergi dan asma dapat mengakibatkan gangguan gizi ganda pada anak. Gizi ganda artinya dapat menimbulkan kegemukan (berat badan lebih) atau bahkan sebaliknya terjadi malnutrisi atau berat badan kurang. Penderita asma beresiko mengalami terjadi reaksi anafilaksis akibat alergi makanan fatal yang dapat mengancam jiwa. Makanan yang terutama sering mengakibatkan reaksi yang fatal tersebut adalah kacang, ikan laut dan telor.

Sering dijumpai bahwa penderita asma pada anak mendapatkan overdiagnosis (diagnosis berlebihan) atau overtreatment (pengobatan berlebihan). Paling sering ditemui adalah penderita asma yang didiagnosis dan diobati sebagai tuberkulosis dan pnemoni (infeksi paru-paru) hanya berdasarkan foto rontgen dada.

Penderita alergi atau asma sering mengalami gangguan sistem imun yang berfungsi menghancurkan jamur, virus dan bakteri. Pada penderita alergi tampak anak mudah mengalami sakit infeksi saluran napas baik berupa faringitis akut (infeksi tenggorok), tonsilitis (amandel) dan infeksi saluran napas akut lainnya. Sehingga sering didapatkan seorang anak setiap bulan harus berobat ke dokter karena sering sakit panas, batuk, pilek atau infeksi saluran napas dan mudah terkena penyakit infeksi lainnya secara berulang. Biasanya keluhan tersebut terjadi hampir setiap bulan bahkan kadang satu bulan terinfeksi sampai 2 hingga 3 kali. Keluhan tersebut biasanya terjadi paling sering di bawah usia 2 tahun, di atas 2 tahun sudah semakin berkurang akhirnya usia di atas 5- 7 tahun semakin jarang.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Childrenallergycenter.joeuser.com/article/12 Maret 2008/19:20 WIB.

Guyton & Hall, (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.

Hudak & Gallo, (1997). Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Volume 1. Jakarta : EGC.

Info-penyakit.blogspot.com/2007/08/peny.asma/12 Maret 2008/19:07 WIB.

Mansjoer, A., (2001). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : EGC.

Moodpro.tripod.com/inyakit/asma_P91/12 Maret 2008/19:05 WIB

Price & Wilson, L.M., (1995). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.

Staff Pengajar FKUI, (1997). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Info Medika.

www.infoibu.com/12/03/2008/19:15

www.medicastore.com/2007/12/04/copd/12 Maret 2008/19:30
Read More..

STRES……..??? Kenapa takut?



Semua orang pasti pernah mengalami stress, karena itu merupakan kompensasi dari tubuh kita. Stres tidak boleh dibiarkan berlangsung terlalu lama, karena dapat menimbulkan gangguan fisik dan mental. Menurut Dokter Nurmiati amir, psikiater pada Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, stress dalam jangka panjang bisa mempengaruhi pertumbuhan reproduksi dan daya tahan, itu pada gangguan fisik. Sedangkan pada mental, penderita stress bisa mengalami depresi, cemas, dan gangguan kepribadian lainnya.

Stres adalah segala situasi dimana tuntutan non spesifik mengharuskan seseorang individu untuk merespon atau melakukan tindakan (respons fisiologi dan psikologi). Berdasarkan pengertian tersebut apabila seorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang di bebankan, maka tubuh berespon terhadap tugas tersebut sehingga orang tersebut mengalami stress. Stress dapat menyebabkan perasaan negative atau berlawanan dengan apa yang diinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional. Stres dapat mengganggu pandangan hidup, sikap yang ditunjukkan pada orang yang disayangi dan status kesehatan.

Stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan disebut stressor. Stresor menunjukan suatu kebutuhan yang tidak dapat terpenuhi , kebutuhan tersebut yaitu; kebutuhan fisiologi, Psikologi, Sosial, Lingkungan perkembangan spiritual atau cultural. Stressor dapat berasal dari dalam diri seseorang (Stressor Internal), misalnya ; Demam, Kondisi seperti hamil, menopous, keadaan emosi seperti bersalah. Juga dapat berasal dari luar diri seseorang (Stressor eksternal), misalnya; perubahan lingkungan, perubahan dalam peran keluarga atau social, tekanan dari pasangan.

Respon terhadap segala bentuk stressor tergantung pada fungsi fisiologis, kepribadian dan karakteristik perilaku, serta sifat dari stressor (intensitas, cakupan, durasi, jumlah dan sifat stressor). Setiap factor mempengaruhi respon stressor, sesesorang dapat saja menyerap intensitas atau besarnya stressor sebagai minimal, sedang, dan berat. Makin besar stressor makin besar respon stress yang ditimbulkan.

Banyak orang menganggap bahwa stress adalah suatu hal buruk yang harus dihindari. Padahal stress diperlukan agar ada motivasi bagi yang mengalami stres . Sehingga akan merangsang seseorang untuk terus tumbuh dan berkembang, dan terjadi perubahan menjadi lebih baik. Stres yang dapat menimbulkan penyakit, oleh karena yang mengalaminya menolak dan tidak mampu beradaptasi dengan stress. Akibatnya stress dapat menimbulkan gangguan fisik dan mental. Ketika terjadi stress, seseorang menggunakan energi fisiologi dan psikologi untuk berespon dan beradaptasi.
Read More..