Sabtu, 24 Januari 2009

Pentingnya Mengenal Diabetes Mellitus Untuk Mencegah

Pentingnya Mengenal Diabetes Mellitus Untuk Mencegah

Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius. Karena jika tidak, dampak dari penyakit tersebut akan membawa berbagai komplikasi penyakit serius lainnya, seperti jantung, stroke, disfungsi ereksi, gagal ginjal, dan kerusakan system saraf. Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa didalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup.

Dari data WHO di tahun 2002 diperkirakan terdapat 20 juta penderita diabetes mellitus di tahun 2025. di tahun 2030 angkanya bisa melejit mencpaai 21 juta penderita. Saat ini penyakit diabetes mellitus banyak dijumpai di Indonesia. Bahkan WHO menyebutkan, jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia menduduki ranking empat setelah India, China, dan Amerika Serikat.

Klasifikasi Diabetes Mellitus :

1. Diabetes Tipe 1, Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi-puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari makan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Sehingga penderita diabetes tipe 1 memerlukan pasokan insulin dari luar. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah.

2. Diabetes Tipe II, Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, sehingga terjadi gangguan pengiriman gula ke sel-sel tubuh. Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih dai 40 tahun) atau anak dengan obesitas. Faktor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah raga ; jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat oral hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan jika tidak dapat mengontrol hiperglikemia)

3. Dabetes Gestasional (diabetes pada saat kehamilan)
Merupakan awitan selama kehamilan (pada trimester kedua atau ketiga)

Penyebab Diabetes
Penyebab utama diabetes di era globalisasi adalah adanya perubahan gaya hidup (pola makan yang tidak seimbang dan kurang aktifitas fisik). Selain itu adanya stress, kelainan genetik usia yang semakin lama semakin tua dapat pula menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya diabetes mellitus.

Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala yang lazim pada penderita diabetes Mellitus, sebagai berikut :
1. Poliuri ( banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana guula banyak menarik cairan dan elektrolit.
2. Polidipsi ( banyak minum)
Disebabkan karena pembakaran trlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehinnga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum
3. Polipagi ( banyak makan )
Karena glukosa tidak sampai ke sel, maka sel mengalami stervasi (lapar).
4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Karena kehabisan glikogen yang telah dilebur menjadi glukosa, maka tubuh berusaha untuk mendapat peleburan zat dari bagian tubuh yang lainnya yaitu lemak dari protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada ditubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan Diabetes Mellitus walaupun banyak makan akan tetap kurus.
5. Mata Kabur
Disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa- sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
6. Kesemutan
Disebabakna karena kurangnya aliran darah ke bagian perifer

Sedangkan gejala-gejala diabetes tipe II muncul secara perlahan-lahan sampai menjadi gangguan yang jelas, dan pada tahap permulaannya sama seperti gejala diabetes tipe I.
Resiko terkena diabetes mellitus sebenarnya dapat dikurangi dengan mengatur pola makan yang sehat, rajin olah raga, tidur yang cukup, menghindari merokok, mirasantika dan lain sebagainya. Bagi yang sudah terkena diabetes, sebaiknya berolahraga setiap pagi, makan makan yang bergizi rendah karbohidrat dan lemak namun tinggi protein, vitamin dan mineral. Perbanyak makan sayuran dan makanan berserat tinggi lainnya. Rajin-rajin memeriksakan kandungan gula darah anda, dan menginjeksi insulin ke dalam tubuh dan minum obat jika diperlukan sesuai petunjuk dokter secara teratur. Dengan begitu dapat menghindar dari resiko efek yang lebih parah.

Penatalaksanaan
Tujuan utama dari penatalaksanaan diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler (system peredaran darah) dan neuropatik (kematian saraf). Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes ; Diet, Latihan, Pemantauan, Terapi, dan Pendidikan.

Prinsip umum diet. Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar penatalaksanaan diabetes mellitus. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan berikut :
1. Memberikan semua unsur makanan essensial (misalnya vitamin, mineral).
2. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai.
3. memenuhi kebutuhan energi.
4. mencegah fluktuasi kadar glukosa dalam darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis.
5. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.

Bagi pasien yang memerlukan insulin untuk membantu mengendalikan kadar glukosa darah, upaya mempertahankan konsistensi jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi pada jam-jam makan yang berbeda merupakan hal penting. Disamping itu, konsistensi interval waktu diantara jam makan dengan mengkonsumsi camilan (jika diperlukan), akan membantu mencegah reaksi hipoglikemia dan pengendalian keseluruhan kadar glukosa darah.

Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi factor resiko kardiovaskuler.Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga.
Latihan dengan cara meningkatkan tahanan (resistance traning) dapat meningkatkan lean body mass dan dengan demikian menambah laju metabolisme istirahat (resting metabolic rate). Semua efek inin sangat bermanfaat untuk penderita diabetes mellitus karena dapat menurunkan berat badan, mengurangi rasa stress dan mempertahankan kesegaran tubuh.
Latihan yang dilakukan seharusnya pada saat yang sama (sebaiknya ketiak kadar glukosa darah mencapai puncaknya) dan intensitasnya yang sama setiap hari. Latihan yang dilakukan secara teratur lebih dianjurkan daripada latihan secara sporadic.
Latihan jasmani dianjurkan dilakukan teratur, 3-4 kali seminggu selama +/- 0,5 jam sesuai dengan CRIPE (Continous, Rhytmical, Interval, Progressive, training). Latihan dilakukan terus meneruss tanpa henti, sehingga otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, selang-seling antara gerak cepat dan lambat, berangsur-angsur dari sedikit kelatihan yang lebih berat secara bertahap dan bertahan dalak waktu tertentu, jenis latihan seperti jalan kaki, jogging, lari, bersepeda, renang dan mendayung.

Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri, supaya penderita dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal. Cara ini memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemia serta hiperglikemi, dan berperan dalam membantu menentukan kadar glukosa darah normal yang kemungkinan akan mengurangi komplikasi diabetes jangka panjang.
Berbagai metode kini tersedia untuk melakukan pemantauan mandiri kadar glukosa darah. Kebanyakan metode tersebut mencakup pengambilan setetes darah dari ujung jari tangan, aplikasi darah tersebut pada strip pereaksi khusu, dan kemudian darah tersebut dibiarkan pada strip selama periode waktu tertentu 9 biasanya antara 45 dan 60 detik sesuai ketentuan pabrik). Untuk beberapa produk, darah di hapus dari strip (dengan menggunakan kapas atau kertas tissue sesuai ketentuan paabrik). Bantalan pereaksi pada strip akan berubah warnanya dan kemudian akan dicocokkan dengan peta warna pada kemasan produk, atau disisipkan kedalam alat pengukur yang memperlihatkan angka digital kadar glukosa darah.

Perawatan Kaki Diabetes. Kaki diabetes adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat Diabetes Mellitus yang tidak terkendali. Yang harus dilakukan dalam perawatan adalah :
1. Periksa kaki setiap hari, apakah ada kulit retak, melepuh, luka perdarahan
2. Bersihkan kaki setiap hari pada waktu mandi dengan air bersih dann sabun mandi
3. Berikan pelembab/lotion pada daerah kaki yang kering, tetapi tidak pada sela-sela jari kaki.
4. Gunting kuku kaki lurus mengikuti bentuk normal jari kaki, tidak terlalu
5. Pakai alas kaki yang sesuai dan tidak kasar walaupun di dalam rumah
6. Periksa sepatu sebelum dipakai
7. Bila ada luka kecil, obati luka dan tutup dengan pembalut bersih
8. Senam kaki.

Terapi
Sebagaimana dinyatakan sebelumnya, hormon insulin disekresikan oleh sel-sel beta pulau Langerhans. Hormon ini bekerja untuk menurunkan kadar glukosa darah postprandial dengan mempermudah pengambilan serta penggunaan glukosa oleh sel-sel otot, lemak dan hati. Selama periode puasa, insulin menghambat pemecahan simpanan glukosa, protein, dan lemak.
Pada diabetes tipe 1, tubuh kehilangan kemampuan untuk memproduksi insulin. Dengan demikian insulin eksogenus harus diberikan dalam jumlah tak terbatas. Sedangkan pada diabetes tipe II, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka panjang, untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya.
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari ( atau bahkan lebih sering lagi). Untuk mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari. Karena dosis insulin yang diperlukan masing-masing pasien ditentukan oleh kadar glukosa dalam darah, maka penentuan kadar glukosa darah yang akurat sangat penting. Pemantauan mandiri kadar glukosa darah telah menjadi dasar dalam memberikan terapi insulin. Preparat insulin bervariasi berdasarkan pada empat karakteristik utama masa kerjanya, konsentrasi, spesies (sumber), dan pabrik pembuatnya.
Masa kerja insulin dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan pada awitan, puncak, dan durasi kerjanya.
Read More..

Kamis, 15 Januari 2009

Konseptual Keperawatan Calista Roy

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik. Teori0teori yang terbentuk dari penggabungan ko9nsep dan pernyataan yang berfokus lebih khusus pasa suatu kejadian dan fenomena dari suatu disiplin ilmu. Model konseptual keperawatan dikembangkan atas pengetahuan para ahli keperawatan tentang keperawatan yang bertolak dari paradigma keperawatan. Model konseptual dalam keperawatan dapat memungkinkan perawat untuk menerapkan cara perawat bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan atau sebagai filosofi dalam dunia pendidikan dan kerangka kerja dalam riset keperawatan.

Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan pandangan ahli dalam bidang keperawatan, salah satunya adalh model adaptasi Roy. Roy dalam teorinya menjelaskan empat macam elemen esensial dalam adaptasi keperawatan , yaitu : manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Model adaptasi Roy menguraikan bahwa bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara memepertahankan perilaku secara adaptif karena menurut Roy, manusia adalah makhluk holistic yang memiliki sistem adaptif yang selalu beradaptsi.

B.Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk :
1.Menjelaskan Riwayat Hidup Sister
2.Menjelaskan Definisi dan Konsep Mayor Sister Calista Roy.
3.Menjelaskan Model konseptual Adaptasi Sister Calista Roy
4.Menjelaskan analisis SWOT konseptual sister Calista Roy.


BAB II
TEORI KONSEP SISTER CALISTA ROY

A. Riwayat Calista Roy
Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of California Los Angeles.
Roy memulai pekerjaa dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak saat it lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.

B. Definisi dan Konsep Mayor
Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual model adaptasi roy adalah:
1.Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan dan membentuk satu kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input, control, proses, output, dan umpan balik.
2.Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konstektual dan residual dengan standar individual, sehingga manusia dapat berespon adaptif sendiri.
3.Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadap penurunan atau peningkatan kebutuhan.
4.Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara langsung mengharuskan manusia berespon adaptif. Stimulus fokal adalah presipitasi perubahan tingkah laku.
5.Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan memberikan konstribusi terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkan atau dirangsang oleh stimulus fokal.
6.Stimulus residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikan konstribusi terhadap perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat di validasi.
7.Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural, cemikal, dan proses endokrin.
8.Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang kompleks dari persepsi informasi, mengambil, keputusan dan belajar.
9.Model efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi pean, interdependensi dan konsep diri.
10.Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia dalam mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan reproduksi.
11.Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan dan elektrolit, aktivits dan istirahat, eliminasi, nutrisi, sirkulasi dan pengaturan terhadap suhu, sensasi, dan proses endokrin.
12.Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu dalam satu waktu berbentuk : persepsi, partisipasi, terhadap reaksi orang lain dan tingkah laku langsung. Termasuk pandangan terhadap fisiknya (body image dan sensasi diri) Kepribadian yang menghasilkan konsistensi diri, ideal diri, atau harapan diri, moral dan etika pribadi.
13.Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungan dengan tugasnya di lingkungan social.
14.Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang penting dan sebagai support sistem. Di dalam model ini termasuk bagaimana cara memelihara integritas fisik dengan pemeliharaan dan pengaruh belajar.


C.Model Konseptual Adaptasi roy
Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan adalah : (1) manusia; (2) Lingkungan; (3) kesehatan; (4) keperawatan. Unsur keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujua keperawatan dan aktivitas keperawatan, juga termasuk dalam elememn penting pada konsep adaptasi.
1.Manusia
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, control, output, dan proses umpan balik. Proses control adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara adaptasi. Lebih spesifik manusia di definisikan sabagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai suatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses control dan umpan balik serta output.
Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk variable satandar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya dilakukan.

Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam hubunganya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
a.Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
1.Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2.Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
3.Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991)
4.Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5.Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
6.The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
7.Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).
8.Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9.Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991).

b.Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal self.
1.The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
2.The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini.

c.Mode fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola - pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya .

d.Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.

Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif. Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik respon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia sebagai suatu sisem.
Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya mempertahankan untuk mencari bantuan.

2.Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar manusia. Lingkungan merupakan masukan (input) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif sama halnya lingkungan sebagai stimulus eksternal dan internal. Lebih lanjut stimulus itu dikoelompokkan menjadi tiga jenis stimulus yaitu : fokal, konstektual, dan residual.
Lebih luas lagi lingkungan didefinisikan sebagai segala kondisi, keadaan disekitar dan mempengaruhi keadaan, perkembangan dan perilaku manusia sebagai individu ata kelompok.

3.kesehatan
Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia menyatakan secara tidak langsung bahwa kkesehatan atau kondisi tidak terganggu mengacu kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi Integritas adalah sehat, sebaliknya kondisi yang tidak ada integritas kurang sehat. Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi sehat sejahtera.

Dalam model adaptasi keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi yang bebas energi dari koping yang inefektif dan mengizinkan manusia berespon terhadap stimulus yang lain. Pembebasan energi ini dapat meningkatkan penyembuhan dan mempertinggi kesehatan. Hal ini adalah pembebasan energi yang menghubungkan konsep adaptasi dan kesehatan.
Adaptasi adalah komponen pusat dalm model keperawatan. Didalamnya menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif. Adaptasi dipertimbangkan baik proses koping terhadap stressor dan produk akhir dari koping. Proses adaptasi termasuk fungsi holistic untuk mempengaruhi kesehatan secara positif dan itu meningkatkan integritas. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan terdiri dari dua proses. Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan pperubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yan gmembutuhkan sebuah respon. Perubahan – perubahan itu adalah stressor atau stimulus fokal dan ditengahi oleh factor-faktor konstektual dan residual. Bagian-bagian stressor menghasilkan interaksi yang biasanya disebut stress. Bagian kedua adalah mekanisme koping yang merangsang untuk menghasilkan respon adaptif dan inefektif.

Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi : kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan yang disebut integritas. Kondisi akhir ini adalah kondisi keseimbangan dinamik equilibrium yang meliputi peningkatan dan penurunan respon-respon. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh adaptasi, sehingga dinamik equilibrium manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi. Jarak yang besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya manusia sebagai sistem adaptif. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi pada keadaan sejahtera atau sehat. Adaptasi kemudian disebut sebagai suatu fungsi dari stimuli yang masuk dan tingkatan adaptasi.

4.keperawatan
Roy (1983) menggambarkan keperawatan sebagai disiplin ilmu dan praktek. Sebagai ilmu, keperawatan mengobservasi, mengklasifikasikan dan menghubungkan proses yang secara positif berpengaruh pada status kesehatan. Sebagai disiplin, praktek, keperawatan menggunakan pendekatan pengetahuan untukmenyediakan pelayanan pada orang-orang. Lebih spesifik dia mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu da praktek dari peningkatan adaptasi untuk meningkatkan kesehatan sebagai tujuan untuk mempengaruhi kesehatan secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan kelompok dalam situasi yang berkaitan dengan kesehatan, Jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan tersebut. Dalam model tersebut, keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan.
Keperawatan adalah berhubungan dengan manusia sebagai satu kesatuan yang berinteraksi dengan perubahan lingkungan dan tanggapan terhadap stimulus internal dan eksternal yang mempengaruhi adaptasi. Ketika stressor yang tidak biasa atau koping mekanisme yang lemah membuat upaya manusia yang biasa menjadi koping yang tidak efektif, manusia memerlukan seorang perawat. Ini tidak harus, bagaimanapun diinterpretasikan umtuk memberi arti bahwa aktivitas keperawatan tidak hanya diberikan ketika manusia itu sakit. Roy menyetujui, pendekatan holistic keperawatan dilihat sebagai proses untuk mempertahankan keadaan baik dan tingkat fungsi yang lebih tinggi.

Keperawatan terdiri dari dua yaitu : tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungan. Jadi peningkatan adaptasi dalam tiap empat cara adaptasi yaitu : (1) fungsi fisiologis; (2) konsep diri; (3) fungsi peran dan (4) interdependensi. Dorongan terhadap peningkatan integritas adaptasi dan berkontribusi terhadap kesehatan manusia, kualitas hidup dan kematian dengan damai. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam suatu area dengan tingkatan adaptasi manusia. Ketika stimulus fokal tersebut berada pada area tersebut dimana manusia dapat membuat suatu penyesuaian diri atau respon efektif. Adaptasi membebaskan energi dari upaya koping yang tidak efektif dan memnugkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain. Kondisi tersebut dapat mencapai peningkatan penyembuhan dan kesehatan. Jadi peranan penting adaptasi sangat ditekankan pada konsep ini.

Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas keperawatan yang digunakan pada proses keperawatan meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan , tujuan, intervensi dan evaluas. Adaptasi model keperawatan menetapkan “data apa yang dikumpulkan, bagaimana mengidentifikasi masalah dan tujuan utama. Pendekatan apa yang dipakai dan bagaiman mengevaluasi efektifitas proses keperawatan”.

Unit analisis dari pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan. Proses pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan. Proses pengkajian termasuk dalam dua tingkat pengkajian Tingkat pertama mengumpulkan data tentang perilaku manusia, dalam tiap empat cara penyesuaian diri. Data-data tersebut dikumpulkan dari data observasi penilaian respond an komuniokasi dengan individu. Dari data tersebut perawat membuat keputusan sementara tentang apakah perilaku dapat menyesuaikan diri atau tidak efektif. Tingkat kedua pengkajian adalah mengumpulkan data tentang fokal, konstektual dan residual stimuli. Selama tingkat pengkajian ini perawat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang diobservasi pada pengkajian tingkat pertama. Keterlibatan ini penting untuk menetapkan faktor-faktor utama yang mempengaruhi perilaku.


PENUTUP

Berdasarkan analisa terhadap model adaptasi Roy, maka kelompok menganalisa bahwa model keperawatan roy lebih menekankan pada manusia secara holistik yang memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Konsep ini juga menekankan pentingnya individu untuk mempertahankan perilaku secara adaptif dan mampu merubah perilaku yang maladaptif agar dapat meningkatkan kesehatannya.

Model konseptual Roy berisi 4 elemen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Manusia dipandang sebagai sitem adaptasi kehidupan yang perilakunya dapat diklasifikasikan menjadi respon yang adaptif atau respon yang inefektif. Lingkungan terdiri stimulus internal dan eksternal. Kesehatan adalah proses menjadi terintegrasi dan dapat mencapai tujuan untuk hidup, pertumbuhan, reproduksi, penguasaan. Tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon adaptasi yang berhubungan dengan adaptasi mode, menggunakan informasi tentang tingkat adaptasi manusia dan stimulus fokal, kontekstual, dan residual.

Setelah penulis melakukan analisis SWOT pada konseptual calista Roy, penulis menyimpulkan bahwa konseptual ini dapat digunakan di Indonesia dengan mempertahankan keuntungan, memanfaatkan kesempatan, memperbaiki kelemahan serta menekan ancaman yang ada.
Read More..

Selasa, 13 Januari 2009

Info Perawat Ke Jepang

DEPARTEMEN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
PUSAT PEMBERDAYAAN PROFESI DAN TENAGA KESEHATAN LUAR NEGERI
(PUSPRONAKES LN)

PROGRAM PENEMPATAN PERAWAT INDONESIA KE JEPANG
ANGKATAN II TAHUN 2009

Departemen Kesehatan RI membuka kesempatan bagi Perawat Indonesia untuk bekerja sebagai Perawat di Jepang sebagai realisasi dari kesepakatan G to G dalam kerangka IJEPA (Indonesia Japan Economic Partnership Agreement). Kontrak kerja selama 3 (tahun). Total kuota 400 perawat (untuk tahun 2008-2009)


Angkatan I tahun 2008 berjumlah 104 orang perawat Indonesia telah tiba di Jepang pada tanggal 8 Agustus 2008 dan saat ini sedang mengikuti pelatihan bahasa dan budaya Jepang. Status sementara: candidate nurse .Selama masa kontrak kerja 3 tahun di Jepang para candidat nurse berhak mengikuti ujian RN Jepang (Kangoshi) yang diselenggarakan 1x setahun setiap bulan Februari. Bila lulus ujian maka berhak bekerja sebagai nurse dan kontrak kerjanya akan diperbaharui oleh pihak RS tempatnya bekerja.

Angkatan II direncanakan terpilih 296 perawat untuk ditempatkan ke Jepang tahun 2009. Pendaftaran ke:

PUSPRONAKES LN DEPKES RI
Jln. Wijaya Kusuma Raya No. 48 Cilandak Jakarta Selatan 12430
Telp 021-75914747 (pswt 115,117, 112 dan 102), Fax 021-
75914740
Website : www.depkes.go.id, www.bppsdmk.depkes.go.id,
www.Puspronakesln.org
e-mail : puspronakesln@yahoo.com

PERSYARATAN :
1. Perawat Indonesia, laki-laki dan wanita, usia 23-35 tahun, lulusan D3, D4 dan S1 Keperawatan (Ners) dengan pengalaman kerja di RS sebagai perawat minimal 2 tahun.
2. Lulus seleksi yang diselenggarakan oleh tim gabungan Depkes RI, PPNI, BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia dan JICWELS (Japan International Corporation of Welfare Services). Lihat bagan prosedur penempatan perawat Indonesia ke Jepang angkatan II tahun 2009
3. Good performance (bagi wanita tidak dalam keadaan hamil, bagi pria tidak bertindik dan baik pria&wanita tidak boleh bertato).
4. Berkas yang diperlukan untuk seleksi (berkas rangkap dua dimasukkan dalam map biru) :
a. Fotocopy ijazah dan transkrip nilai akademik yang sudah dilegalisir dalam bhs Indonesia & terjemahan dalam bhs Inggris (dari institusi tempat bekerja/penterjemah resmi).
b. Fotocopy surat keterangan pengalaman kerja minimal 2 tahun dalam bhs Indonesia & terjemahan dalam bhs Inggris (dari institusi tempat bekerja/penterjemah resmi).
c. Fotocopy KTP dan fotocopy paspor yang masih berlaku sekurangkurangnya 1(satu) tahun.
d. Asli Kartu Pencari kerja AK-1/Kartu kuning atau fotocopy yang dilegalisir dari Disnakertrans setempat.
e. Asli Surat Keterangan Catatan Kepolisian(SKCK)
f. Surat asli ijin dari orang tua/wali/suami/istri diketahui oleh Lurah/Kepala Desa dengan meterai Rp.6000.
g. Pasfoto berwarna dengan latar belakang biru ukuran 3×4cm= 6 lembar

BAGAN PROSEDUR PENEMPATAN PERAWAT INDONESIA KE JEPANG ANGKATAN II TAHUN 2009
DEPKES (Puspronakes-LN)

SOSIALISASI
1. Sosialisasi Penempatan TKKI ke Jepang (tanggal 1 Desember 2008 s/d awal Maret 2009)
2. Pengumuman melalui sosialisasi langsung, media cetak dan elektronik

DEPKES (Puspronakes-LN)
PENDAFTARAN
1. Pendaftaran dengan membawa berkas lengkap (Desember 2008 - minggu II Maret 2009)

DEPKES (Puspronakes-LN) SELEKSI ADMINISTRASI
1. Seleksi administrasi (minggu ke I – II Maret 2009)
2. Verifikasi berkas (minggu ke I – II Maret 2009)
3. Pengumuman hasil seleksi administrasi / berkas (minggu ke III Maret 2009)

DEPKES (Puspronakes-LN)
DAN PPNI
SELEKSI KUALIFIKASI
1. Seleksi ujian tulis (minggu ke IV Maret 2009)
2. Pengumuman seleksi ujian tulis (minggu ke I April 2009)

DEPKES (Puspronakes-LN)
MEDICAL CHECK UP
1. Medical Check Up/MCU (minggu ke II April 2009) Tempat RS yang ditunjuk oleh panitia
2. Pengumuman hasil Medical Check Up/MCU (minggu ke III April 2009) JICWELS,

BNP2TKI, DEPKES (Puspronakes-LN))
1. Psikotes dan Wawancara (minggu ke IV April 2009). Tempat BNP2TKI
2. Proses matching memilih RS Jepang melalui internet (bulan Mei – Juni 2009)
3. Pengumuman hasil seleksi final (awal Juli 2009)
4. Peserta yang lulus seleksi akan mengikuti pelatihan bahasa dan budaya Jepang selama 6 bulan (di Indonesia dan di Jepang)

JEPANG
1. Start bekerja sebagai candidate nurse Januari 2010
2. Ujian Nasional Kangoshi (RN Jepang) bulan Februari 2010
3. Kesempatan ujian kangoshi 3 kali selama masa kontrak 3 tahun, setiap bulan Februari


Read More..

Minggu, 11 Januari 2009

Peluang Perawat ke Amerika

NURSE SEMINAR
AMERICAN INTERNATIONAL NURSE, Inc. (USA)
In association with IES Fondation is conducting Informational Seminar
at HOTEL CIPUTRA


Acara seminar yang diadakan di Hotel Ciputra pada tanggal 10 Januari memberikan informasi pada perawat Indonesia bagaimana cara untuk :

1. Memperoleh RN license preparation program for America.
2. Mendapatkan salary US$ 48,000 / year (Rp. 525, 000, 000)
3. Biaya Visa Immigrant, pesawat terbang, accomodasi dan biaya-biaya yang lain
4. Memperoleh “Green Card” untuk perawat dan keluarganya, tidak hanya visa untuk kerja tetapi juga permanent residency in America.

IES Fondation sebagai lembaga pendidikan independent non profit bekerja sama dengan American International Nurse, Inc adalah Sponsorship terkemuka yang khusus menangani penempatan lulusan perawat asing dan penyedia rumah sakit serta mendapatkan Green card (permanent residency) untuk perawat pelamar beserta anggota keluarganya dengan segera.

Acara Di bawakan oleh Miss Sinta sebagai pembawa acara dan translater, dan di buka oleh Miss Ance Sebagai Direktur Ies foundation. Miss Ance memberikan informasi tentang Ies Fondation sebagai lembaga yang membantu perawat untuk course preparation for the NCLEX-RN sebagai syarat untuk menjadi perawat RN di Amerika. Pelatihan di adakan selama 4 bulan, kemudian bulan ke-5 persiapan untuk ujian ENCLEX-RN yang dilakukan di Negara ; Hongkong, Australia, Philipina dan Negara-negara yang telah menerapkan RN dan atas recomendasi dari Amerika. Namun sebelum mengikuti Pelatihan tersebut, perawat harus lulus TOEFL (Test O English F Licensed) minimal 475. Pelatihan TOEFL boleh dilakukan di tempat course mana saja, setelah lulus TOEFL minimum 475, maka perawat boleh mengikuti pelatihan di Ies Fondation. Untuk Informasi lebih lanjut mengenai Ies Fondation silahkan visit : www.iesfd.org.

Setelah pihak dari ies foundation menyampaikan informasi, kemudian dilanjutkan oleh pihak AIN (American International Nurse, Inc.) yang di sampaikan oleh Mr Altaf N Visram (vice president AIN). Mr Altaf memberikan informasi tentang bagaimana cara menjadi perawat RN di Amerika serta keuntungan yang didapat bekeraja di sana. Perawat yang bekerja di Amerika mendapatkan Green Card to permanent residency in Amerika, sehingga bisa mendapatkan fasilitas yang sama dengan citizen Amerika. Disampaikan oleh Mr. Visram bahwa salary yang didapat oleh perawat adalah sama, jadi tidak ada perbedaan antara perawat Indonesia dengan perawat dari Amerika dan dari Negara lain. Anggota keluarga juga bisa mendapatkan fasilitas yang sama dengan warga Negara Amerika, misalnya; pendidikan. Untuk informasi lebih lanjut mengenai AIN silahkan visi: www.ainurses.com.

Amerika merupakan prioritas utama bagi perawat untuk meningkatkan karir dan masa depan yang cerah, karena disamping tingginya salary yang didapat, masa depan keluarga juga bisa terjamin. Green Card yang di berikan Amerika merupakan kartu AS untuk perawat untuk menggapai masa depan yang lebih baik dan menjajikan. Namun untuk mendapatkan semua itu harus melalui proses yang yang panjang dan very difficult, sehingga membutuhkan kerja keras, motivation, and spirit yang kuat.

Sekarang tergantung dari para perawat, menentukan pilihan untuk masa depannya, bekerja di dalam negeri tercinta, atau luar negeri seperti Amerika, Australia, Negara-negara timur tengah yang dapa tmenjajikan masa depan cerah. Namun yang pasti bekerja dimanapun kita, yang terpenting adalah jiwa nasionalisme kita tetap kuat. Tujuan hidup kita adalah Tuhan YME, diri kita sendiri, keluarga, dan negeri tercinta Indonesia.

Good Nursing, Good Health : A Good Invesment
Read More..