Akhirnya, pertanyaan yang selama ini mengganggu pikiranku terjawab juga dengan membaca majalahDokter Kita. Yups judul artikel tersebut “Ditindih Makhluk halus Saat Tidur? Ah, Santai saja… “ terang aja aku antusias membacanya karena aku pernah merasakannya. Rasanya ada jin yang besar menindaih badan ku yang pada saat itu tidur tengkurap, itulah mengapa kita tidak di anjurkan tidur tengkurap, dan seharunsnya kita mengikuti sunnah rosulullah dengan posisi tidur miring kekanan, tapi karena kecapean aktivitas siang harinya, tanpa di perintahpun rasanya mata ku sudah secara otomatis menutup, sampai aku tertidu pulas dan terjadilah kejadian yang menakutakan. Rasanya ada jin yang besar sedang menindihi tubuhku sehingga sulit untuk bangun dan membuka mata. Setelah membaca ayat kursyi dan istighfar, akhirnya perlahan-lahan dimulai dari telinga kanan hingga seluruh tubuhku, akhirnya terasa ringan.
Menurut kepercayaan orang tua, aku mengalami yang namanya tindihan, dan “sesuatu” yang menindihiku itu adalah makhluk halus. Benarkah karena makhluk halus? Lalu bahayakah? Apa yang harus kita lakukan bila mengalaminya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut terjawab setelah aku membaca artikel tersebut.
Makhluk Halus ?
Menurut Sleep Technologist, Dr. Andreas Prasadja, RPSGT, tindihan secara medis disebut sleep paralysis, suatu gejala dari gangguan tidur. Nah, saat tindihan saat tindihan sering terjadi halusinasi, seperti melihat makhluk halus. Makanya tindihan sering di kaitkan dengan mistis.
Dr Andreas menambahkan, tindihan biasanya terjadi menjelang tidur sehingga helusinasinya disebut disebut sebagai hypnagogiv (menjelang tidur), sedangkan halusinasi menjelang bangun tidur disebut hypnopompic (akhir tidur).
Antara Tidur dan tindihan
Berdasarkan gelombang otak, tidur dibagi menjadi. Mulai tahapan-tahapan tidur. Mulai dari tahap tidur Ni, N2, N3, dan R. Tahap N1 merupakan tahap tidur ringan karena masih setengah sadar. Dari tahap N1 semakin dalam ke N2 dan seterusnya. Tahap tidur R adalah tahap tidur dimana kita bermimpi. Ada dua hal yang khas yaitu adanya mimpi dan kelumpuhan otot besar. Saat bermimpi aktivitas otak mirip sekali dengan keadaan terjaga. Bedanya adalah saat itu seperti lumpuh agar kita tidak bergerak sesuai mimpi.
Sleep Paralysis
Lalu bagaimana tindihan bisa terjadi? Ketika berada dalam kondisi kurang tidurs, (bisa karena waktu tidur kurang atau waktu tidur cukup tetapi kualitasnya buruk), gelombang otak kita seolah melompat dari tidur Ni ke tidur R. Akibatnya kita merasa seperti setengah sadar dan setengah bermimpi. Tiba0tiba kita melihat sosok menyeramkan dan kita tidak dapat menggerakkan badan. Kondisi itu diperburuk dengan nafas yang sesak berkaitan dengan tidur R. Sebenarnyas secara otomatis kita tetap bernafas. Dalam kepanikan, biasanya kita akan menarik nafas dalam dibutuhkan otot-otot pernafasan ekstra, yang celakanya pada tahap R juga ikut dilumpuhkan.
Tidak Bahaya, Tetapi..
Dr. Andreas menekankan, tindihan tidak berbahay, hanya saja jangan pernah dianggap remeh karena bisa jadi merupakan salahsatu gejala gangguan tidur seperti narkolepsi, sleep apnea, gelisah atau depresi.
Narkolepsi adalah gangguan tidur yang menyerang pusat pengaturan mimpi. Gejala lain dari narkolepsi adalah katapleksi dan rasa kantuk yang hebat. Penderitanya biasa tiba-tiba merasakan kantuk yang taktertahankan, sehingga harus meluangkan waktu sejenak untuk tidur. Katapleksi merupakan episode melumpuh seolah mau pingsan yang terjadi setelah dipicu oleh emosi kuat. Biasanya justru emosi gembira.
Nah, jika sudah cukup tidur namun masih merasakan mengantuk, itu merupakan gejala gangguan tidur lain. Contohnya saja penderita sleep apnea yang mendengkur. Mereka mengalami henti nafas saat tidur yang mengakibatkan kualitas tidurnya buruk. Akibatnya mereka selalu berada dalam ”kondisi kurang tidur” walaupun sudah cukup tidur.
Jurnal Tidur
Pesan Dr Andreas, saat mengalami tindihan berpikirlah tenang. Lupakan ”penampakan-penampakan” yang anda rasakan, dengan begitu kita bisa langsung tertidur atau bangun, tinggal kembali tidur. Selain itu Dr. Andreas mewanti-wanti kita untuk mencukupi waktu tidur. Jika sering mengalami tindihan, Dr Andreas berpesan untuk membuat jurnal tidur sebelum ke dokter. Jurnal tidur, merupakan tucatatan kebiasaan tidur yang ditulis dipagi hari. Isinya berupa catatan waktu tidur, kebiasaan sebelum tidur, obat yang diminum, mimpi, apa yang dirasakan saat bangun, dan sebagainya. Jurnal itu akan sangat bermanfaat bagi dokter untuk menganalisa kebiasaan tidur anda.
Walaupun tidak berbahaya, tapi mudah-mudahan itu tidak akan terulang lagi karena rasanya benar-benar nyata seperti ditindih jin atau Syetan. At list, tidur merupakan kebutuhan setiap manusia, So kita harus mengatur pola tidur dan mencukupi kebutuhan tidur, supaya tubuh kita tetap sehat dan syetan tidak akan mengganggu tidur kita ”tindihan”.
Sumber : Majalah ”Dokter Kita”, edisi 12, Des 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar