BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA DENGAN ANAK REMAJA
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA DENGAN ANAK REMAJA
A. PENGERTIAN
Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin “ adolescere” yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence yang berasal dari bahasa Inggris yang dapat dipergunakan saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik ( Hurlock 1999).
Piaget (dalam Hurlock 1999) mengatakan bahwa masa remaja adalah usia dimana individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Individu tidak lagi merasa dibawah tingkatan orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai Kesejahteraan Anak, remaja adalah individu yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah.
Menurut Undang-undang Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai usia 16 – 18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal.
Menurut Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu usia 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.
Menurut WHO, disebut remaja apabila anak telah mencapai usia 10 – 18 tahun.
PROSES TUMBUH KEMBANG
Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak intrauterine dan terus berlangsung sampai dewasa. Dalam proses mencapai dewasa inilah anak harus melalui berbagai tahap tumbuh kembang, termasuk tahap remaja.
Tahap remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh(growth spurt), tinbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologis serta kognitif.
a. PERTUMBUHAN SOMATIK
Pada masa pra-remaja pertumbuhan lebih cepat daripada masa pra-sekolah. Anak perempuan dua tahun lebih cepat memasuki masa remaja dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa ini terjadi pacu tumbuh berat badan dan tinggi badan, termasuk pertumbuhan tanda-tanda seks sekunder yang disebut sebagai pacu tumbuh adolescence.
PERTUMBUHAN TINGGI BADAN, TULANG DAN GIGI
Selama pubertas terjadi akselerasi pertumbuhan tinggi badan yang mendadak yang disebut pacu tumbuh(Height Spurt). Pada saat pertumbuhan linier/tinggi badan terjadi pada kecepatan maksimal, dikatakan remaja tersebut mengalami puncak kecepatan tinggi badan (Peak Height Velocity/PHV).
Pada remaja perempuan kecepatan pertumbuhan maksimal dicapai 6 – 12 bulan sebelum menarche, dan ini dipertahankan hanya untuk beberapa bulan, kemudian akan mengalami deselerasi untuk dua tahun berikutnya atau lebih. Untuk pertumbuhan tulang, gambaran yang paling dini dan terpenting pada remaja perempuan adalah pertumbuhan pada lebar panggul selama pubertas. Pertumbuhan pelvis dan panggul (diukur pada diameter bi-iliacal)secara kuantitatif hampir sama dengan remaja laki-laki, tetapi dikarenakan pertumbuhan remaja perempuan lebih kecil pada berbagai dimensi tubuhnya, maka lebar panggul tampak tidak proposional(terlihat lebih besar)dibanding remaja laki-laki.
Pada remaja laki-laki mulai terjadi akselerasi pertumbuhan pada saat remaja perempuan telah mengalami deselerasi pertumbuhan. Bahu yang lebar, pinggul yang lebih sempit, kaki yang lebih panjang, dan relative lebih panjang pada ekstrimitas atas adalah ciri khas pada remaja laki-laki. Pertumbuhan tersebut disebabkan oleh hormone androgen.
PERTUMBUHAN BERAT BADAN
Pada remaja perempuan, memasuki masa pubertas berat badan mencapai kira-kira 60% berat dewasa. Mencapai puncak kecepatan berat badan sekitar 8 kg/tahun. Pertumbuhan otot terjadi 3 – 6 bulan setelah pacu tumbuh berat badan.
Pada remaja laki-laki, pacu tumbuh berat badan terjadi bersamaan dengan pacu tumbuh tinggi badan dan otot. Rata-rata kecepatan pertumbuhan berat badan sekitar 9 kg/tahun.
Nutrisi menentukan pertumbuhan badan.Bila asupan nutrisi dalam jumlah yang kurang optimal akan berdampak pada perlambatan proses pertumbuhan dan perkembangan maturasi/pematangan seksual. Sebaliknya, bila asupan nutisi terlalu berlebihan akan terjadi percepatan proses pertumbuhan dan perkembangan seksual. Remaja membutuhkan nutrisi lebih dibandingkan dengan pada waktu anak-anak. Kebutuhan nutrisi mencapai puncaknya terutama pada saat pacu tumbuh mencapai maksimal.
PERTUMBUHAN OTOT
Semua otot mengalami pertumbuhan selama masa pubertas. Puncak kecepatan pertumbuhan otot(Peak Velocity Muscle Growth) lebih besar pada laki-laki daripada perempuan. Penambahan kekuatan otot terjadi pada pubertas akhir, namun pada laki-laki akan terus bertambah dan mencapai maksimum pada usia sekitar 25 tahun. Karena hormone androgen memegang peranan utama dalam kekuatan otot, maka meningkatnya kekuatan otot berhubungan erat dengan tingkat kematangan seksual.
PERTUMBUHAN JARINGAN LEMAK
Pada remaja laki-laki, secara keseluruhan lemak truncal(diukur sebagai tebal lemak subkutan, daerah subscapular, suprailiacal, atau abdomen) meningkat sesudah pacu tumbuh tinggi badan, menambah kenaikan berat badan yang terjadi relative lambat pada masa pubertas. Pada masa remaja akhir jumlah normal dari lemak tubuh sekitar 20% dari berat badan.
Pada remaja perempuan terjadi penambahan lemak yang kontinu selama masa pubertas. Setelah masa percepatan tinggi badan, terjadi akumulasi lemak lebih cepat dibanding remaja laki-laki. Akumulasi lemak terjadi pada anggota gerak maupun tubuhnya, terutama tubuh bagian bawah dan paha bagian belakang.
PERTUMBUHAN ORGAN REPRODUKSI
Pertumbuhan organ reproduksi mengalami banyak perubahan pada masa pubertas.
Pada remaja perempuan tanda pubertas pertama pada umumnya adalah pertumbuhan payudara, yaitu terdiri dari penonjolan puting disertai pembesaran daerah areola (usia sekitar 8-12 tahun). Haid pertama (Menarche) terjadi pada stadium lanjut dari pubertas dan sangat bervariasi tiap individu(rata-rata usia 10,5 – 15,5 tahun). Kemudian diikuti dengan pertumbuhan rambut pada pubis(usia 11 – 15 tahun).
Pada remaja laki-laki terjadi pembesaran testis, yang merupakan tanda pubertas pertama pada 98% remaja laki-laki. Sampai akhir masa pubertas terjadi pembesaran testis, epididimis, dan prostat. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pubertas yang lengkap adalah 2 – 5 tahun.
Perubahan pada organ reproduksi yang terjadi pada masa remaja berkaitan erat dengan perubahan regulasi hormonal pada remaja. Regulasi sistem neuroendokrine dipengaruhi oleh pusat ekstra-hipotalamus di korteks serebri termasuk sistem limbic. Pusat ini akan merangsang sel basal hipotalamus untuk mensekresi hormone GnRH, yang melalui aliran darah akan merangsang hipofise anterior untuk mensekresi hormone gonadotropin berupa FSH dan LH. Hormon gonadotropin akan merangsang gonad untuk memproduksi hormone testosterone pada laki-laki, dan hormone estrogen pada perempuan. Pada saat mulainya pubertas sekresi hormone GnRH meningkat pesat sehingga hormone gonadotropin dan seks steroid juga meningkat untuk merangsang pertumbuhan tanda-tanda seks sekunder, serta menyiapkan proses fertilisasi.
b. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL DAN KEPRIBADIAN REMAJA
Dalam tumbuh kembang menjadi dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual remaja akan melewati tahapan sebagai berikut :
1. Masa remaja awal/dini (Early Adolescence) : usia 11-13 tahun
2. Masa remaja pertengahan (Middle Adolescence) : usia 14-16 tahun
3. Masa remaja lanjut (Late Adolescence) : usia 17-20 tahun
Kebebasan dan ketergantungan
Dalam perkembangan menuju kedewasaan, remaja berangsur-angsur mengalami perubahan yang membutuhkan kedua kemampuan, yaitu kebebasan dan ketergantungan secara bersama-sama.
Kebebasan (Independence) adalah suatu kemampuan untuk membuat keputusan dan mengatur perilakunya sendiri. Sifat remaja yang ingin memperoleh kebebasan emosional, sementara orang tua masih ingin mengawasi dan melindungi anaknya dapat menimbulkan konflik. Melalui proses remaja akan belajar untuk melakukan sesuatu secara tepat, mengevaluasi kembali aturan-aturan, nilai dan batasan-batasan yang telah diperoleh dari keluarga maupun sekolah.
Ketergantungan (Interdependence) melibatkan komitmen-komitmen dan ikatan antar pribadi yang mencirikan kondisi kehidupan manusia.
Pada awal usia remaja, perjuangan kemandiriannya ditandai dengan perubahan dari sifat tergantung kepada orang tua menjadi tidak tergantung. Ikatan emosional dengan orang tua menjadi berkurang. Bila pada tahap ini remaja tidak memiliki kelompok yang mendukung maka akan menimbulkan kekosongan perasaan yang diakibatkan perasaan terpisah dengan orang tua, remaja akan mencari figure yang dicintai sebagai pengganti orang tua, sehingga hal ini memungkinkan timbulnya masalah-masalah perilaku.
Pada usia remaja pertengahan, ikatan dengan orang tua semakin longgar, mereka lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya.
Pada akhir masa remaja, mereka akan berusaha mengurangi kegelisahan dan meningkatkan integritas pribadinya, identitas diri lebih kuat, mampu menunda pemuasan, kemampuan untuk menyatakan pendapat menjadi lebih baik, minat lebih stabil, dan mampu membuat keputusan dan mengadakan kompromi.
Pembentukan identitas diri
Pada masa remaja, remaja berusaha melepaskan diri dari lingkungan dan ikatan dengan orang tua karena mereka ingin mencari identitas diri. Perubahan-perubahan yang diakibatkan terjadinya kematangan seksual dan tuntutan-tuntutan psikososial menempatkan remaja pada suatu krisis identitas, yaitu suatu tahap untuk membuat keputusan terhadap permasalahan-permasalahan penting yang berkaitan dengan pertanyaan tentang identitas dirinya. Remaja harus menemukan apa yang mereka yakini, sikap dan nilai-nilai idealnya, yang dapat memberikan suatu peran dalam kehidupan sosialnya, sebab apabila mereka tahu tentang siapa mereka, dan tahu apa yang mereka lakukan, maka mereka akan tahu peran mereka dalam masyarakat. Apabila remaja memperoleh perannya di dalam masyarakat, maka ia akan mencapai sense of identity, menemukan identitas diri. Sebaliknya, apabila remaja tidak dapat menyelesaikan krisis identitasnya dengan baik, maka ia akan merasakan sense of role confusion or identity diffusion, yaitu suatu perasaan yang berhubungan dengan ketidakmampuan memperoleh peran dan menemukan jati diri. Beberapa kemungkinan yang dapat terjadi pada keadaan ini misalnya, mereka dengan mudah menerima peran yang diberikan oleh masyarakat( pekerjaan, menikah). Kemungkinan lainnya yaitu anggapan untuk menjadi apa saja daripada tidak memiliki identitas diri, sehingga mereka akan dengan mudah menerima peran yang tidak dapat diterima oleh masyarakat, karena tidak sesuai dengan nilai-nilai ideal dan tatanan kehidupan dalam masyarakat(oleh Erikson disebut sebagai Negative Identity Formation).
Tugas perkembangan masa remaja meliputi :
1. Memperluas hubungan antar pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa.
2. Memperoleh peranan sosial
3. Menerima keadaan tubuhnya dan menggunakan secara efektif
4. Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua.
5. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri
6. Memiliki dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan
7. Mempersiapkan diri untuk perkawinan dan kehidupan berkeluarga
8. Mengembangkan dan membentuk konsep-konsep moral.
PERKEMBANGAN KOGNITIF
Perkembangan berpikir pada remaja tidak terlepas dari kehidupan emosionalnya yang labil. Penentangan dan pemberontakan yang ditunjukkan dengan selalu melancarkan banyak kritik, bersikap sangat kritis pada setiap masalah, menentang aturan menjadi suatu ciri mulai meningkatnya kemampuan berpikir dengan sudut pandang yang mulai meluas pada remaja.
Kemampuan kognitif remaja yang diklasifikasikan mulai usia 11-18 tahun tergolong dalam fase operasional formal, yaitu apabila anak dihadapkan pada suatu masalah, maka ia akan memikirkannya terlebih dahulu secara teoritis, menganalisa masalah dengan mengembangkan penyelesaian melaui berbagai hipotesa yang mungkin ada. Kemudian, atas dasar analisis tersebut akan dibuat suatu strategi penyelesaian.
Proses perkembangan kognitif pada remaja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a. Pematangan/Maturasi (Maturation)
Tumbuhnya struktur-struktur fisik secara berangsur-angsur mempengaruhi perkembangan kognitif, contoh pertumbuhan pusat susunan otak
b. Pengalaman psikologis dan kontak dengan lingkungan (Exercise through physical practice and mental experience)
Kontak dengan lingkungan akan mengakibatkan dua macam ciri pengalaman mental. Pertama adalah pengalaman fisik, yaitu aktivitas yang dapat memberikan pengertian mengenai sifat yang langsung berhubungan dengan objek.
c. Transmisi sosial dan pembelajaran (Social Interaction and Teaching)
Berbagai macam stimulasi sosial (media massa, lembaga sekolah, klub sosial, dsb) memiliki pengaruh yang positif dalam perkembangan kognitif, sebab dapat memberikan banyak informasi, dan kemudian melakukan suatu pembelajaran
d. Ekuilibrassi (Equilibration)
Proses ini merupakan suatu proses internal untuk mengatur keseimbangan diri dalam individu.
Integrasi dalam masyarakat mempunyai banyak aspek afektif, kurang lebih berhubungan dengan masa pubertas, termasuk didalamnya juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi yang khas dari cara berpikir remaja memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa.
Pada masa remaja terdapat tugas-tugas perkembangan yang sebaiknya dipenuhi. Menurut Harlock (1999) tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa.
Adapun tugas perkembangan remaja menurut harlock ( 1999 ) adalah :
1. Mencapai peran sosial pria dan wanita
2. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
5. Mempersiapkan karir ekonomi untuk masa yang akan datang
6. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
7. Memperoleh perangkat nilai-nilai sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku dan mengembangkan ideologi.
Beberapa transisi yang dihadapi pada masa remaja1. Transisi dalam emosi
Ciri utama remaja adalah peningkatan kehidupan emosinya, dalam arti sangat peka, mudah tersinggung perasaannya. Remaja dikatakan berhasil melalui masa transisi emosi apabila ia berhasil mengendalikan diri dan mengekspresikan emosi sesuai dengan kelaziman pada lingkungan sosialnya tanpa mengabaikan keperluan dirinya.
2. Transisi dalam sosialisasi
Pada masa remaja hal yang terpenting dalam proses sosialisasinya adalah hubungan dengan teman sebaya, baik dengan sejenis maupun lawan jenis.3. Transisi dalam agama
Sering terjadi remaja yang kurang rajin melaksanakan ibadah seperti pada masa kanak-kanak. Hal tersebut bukan karena melunturnya kepercayaan terhadap agama, tetapi timbul keraguan remaja terhadap agama yang dianutnya sebagai akibat perkembangan berfikirnya yang mulai kritis.4. Transisi dalam hubungan keluarga
Dalam satu keluarga yang terdapat anak remaja, sulit terjadi hubungan yang harmonis dalam keluarga tersebut. Keadaan ini disebabkan remaja yang banyak menentang orang tua dan biasanya cepat menjadi marah. Sedangkan orang tua biasanya kurang memahami ciri tersebut sebagai ciri yang wajar pada remaja.5. Transisi dalam Moralitas
Pada masa remaja terjadi peralihan moralitas dari moralitas anak ke moralitas remaja yang meliputi perubahan sikap dan nilai-nilai yang mendasari pembentukan konsep moralnya. Sehingga sesuai dengan moralitas dewasa serta mampu mengendalikan tingkah lakunya sendiri.
MASALAH TUMBUH KEMBANG PADA REMAJA
Masalah-masalah yang berhubungan dengan tumbuh kembang pada remaja antara lain :
1) Gangguan pertumbuhan linier
Pertumbuhan linier dapat digunakan sebagai indicator yang mencerminkan kesehatan fisik dan mental. Penilaian pertumbuhan penting dilakukan untuk menentukan gangguan pertumbuhan pada remaja. Cara penilaian pertumbuhan melalui beberapa tahap, antara lain :
o Anamnesa ; yang perlu diketahui pada tahap anamnesa antara lain riwayat kehamilan ibu, pola pertumbuhan sejak bayi hingga remaja, riwayat penyakit yang pernah diderita, tinggi badan orang tua
o Pemeriksaan fisik, meliputi tanda-tanda patologis seperti gangguan hormone, penyakit kronis, tanda-tanda gangguan gizi, serta menilai tingkat maturitas seksual
o Pengukuran Antropometri, meliputi :
§ Tinggi badan
§ Kurva pertumbuhan dan pola pertumbuhan
§ Laju pertumbuhan
§ Proporsi tubuh
§ Index massa tubuh
o Prediksi tinggi dewasa.
Bentuk-bentuk gangguan pertumbuhan linier antara lain :
1. Perawakan Pendek
Perawakan pendek (Short Stature) merupakan suatu terminology mengenai tinggi badan yang berada di bawah persentil 3 atau -2SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut
Perawakan pendek yang dikategorikan sebagai variasi normal adalah :
1) Normal Variant Short Stature (NVSS)
Pada NVSS terdapat pola pertumbuhan yang menggambarkan potensi genetic untuk individu tersebut dan tidak berhubungan dengan keadaan gangguan endokrin maupun sistemik. Hampir selalu disertai riwayat keluarga dengan perawakan pendek pada salah satu atau kedua orang tuanya, dan biasanya mempunyai berat badan yang normal.
2) Normal Variant Constitutional Delay (NVCD)
Pada NVCD terdapat perlambatan pertumbuhan linier pada tiga tahun pertama kehidupan, pertumbuhan linier normal/hampir normal pada saat pra-pubertas dan selalu di bawah persentil 3. Umur penulangan terlambat disertai maturasi seksual yang terlambat, pada saat dewasa tinggi badan normal.
Penyebab gangguan pertumbuhan lainnya selama masa remaja dapat disebabkan oleh :
1) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom yang paling sering adalah Sindrom Turner
2) Penyakit sistemik
Banyak penyakit sistemik yang diobati dengan kortikosteroid mengalami gangguan pertumbuhan akibat pengaruh obat tersebut terhadap pertumbuhan epifisis. Selain itu, penyakit gastrointestinal juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan akibat malabsorpsi.
3) Gangguan endokrin
Gangguan endokrin merupakan 10% dari seluruh penyebab perawakan pendek. Contoh, Hipotiroidisme pada masa anak umumnya disertai dengan perawakan pendek, pertumbuhan yang lambat, dan atau pubertas yang lambat.
2. Perawakan Tinggi
Dikatakan perawakan tinggi apabila individu memiliki tinggi badan > 2SD pada kurva pertumbuhan. Dikarenakan penerimaan masyarakat yang menganggap baik terhadap perawakan tinggi, maka individu penderita kurang mengeluhkan keadaan tersebut. Variasi normal merupakan penyebab utama perawakan tinggi (Familial/Constitutional Tall Stature), yaitu trdapat riwayat keluarga dengan perawakan tinggi dan tidak terdapat proses patologi organic.
Penyebab patologi yang jarang terjadi antara lain Gigantisme pituitary, dimana terjadi peningkatan sekresi hormone pertumbuhan.
2) Gangguan pubertas
Gangguan pubertas terbagi menjadi dua, yaitu :
Pubertas terlambat/Delayed Pubertal
Pubertas terlambat/Delayed Pubertal didefinisikan pada perempuan apabila sampai usia 13 tahun belum ada tanda-tanda pubertas berupa pembesaran payudara atau sampai usia 15 tahun belum terjadi menstruasi. Sedangkan pada laki-laki apabila sampai usia 14 tahun belum ada tanda-tanda pubertas berupa ukuran testis <2,5 cm atau volume testis < 4 ml.
Pubertas terlambat lebih sering terjadi pada laki-laki. Kebanyakan pubertas terlambat masih normal (Constitutional Delayed of Growth and Puberty/CDGP). Untuk kasus yang abnormal, berdasarkan kadar hormone gonadotropin pubertas terlambat dikelompokkan menjadi :
o Hypergonadotropic hypogonadism, pada keadaan ini hormone gonadotropin (FSH dan LH) meningkat, namun kadar hormone seks steroidnya (Testosteron dan Estrogen) tetap rendah
o Hypogonadotropic hypogonadism, dimana terjadi defisiensi gonadotropin congenital, berhubungan dengan kelainan-kelainan pada serebral.
Pubertas Prekok
PubertaS Prekok didefinisikan bila tanda-tanda pubertas ditemukan sebelum usia 8 tahun pada perempuan, dan sebelum usia 9 tahun pada laki-laki.
Berdasarkan penyebabnya, pubertas prekok dibagi menjadi :
o Pubertas prekok tipe sentral, yaitu pubertas prekok yang terjadi karena lebih awal aktifnya aksis hipotalamus-hipofise-gonad sehingga peningkatan seks steroid karena aktifasi dari aksis
o Pubertas prekok perifer, yaitu peningkatan seks steroid tidak disebabkan karena peningkatan gonadotropin.
o Gabungan antara tipe sentral dan perifer.
o Pubertas prekok dengan mekanisme yang belum diketahui
3) Gangguan makan
Gangguan makan pada remaja dapat digolongkan menjadi :
Obesitas
Obesitas merupakan keadaan patologis sebagai akibat dari konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhan, sehingga terdapat penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan utnuk fungsi tubuh.
Obesitas merupakan penyakit kronis yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : genetic, budaya, sosial ekonomi, kebiasaan, dan faktor situasi.
Obesitas menimbulkan bermacam efek terhadap pertumbuhan, perkembangan psikososial, dan resiko timbulnya penyakit.
Anorexia
Anorexia merupakan suatu kelainan berupa penurunan berat badan secara drastis terutama pada remaja putri yang berhubungan dengan gangguan psikiatri disertai dengan gejala medis.
Etiologi dari Anorexia antara lain :
o Faktor biologis dan genetic
Disfungsi hipotalamus diketahui sebagai predisposisi timbulnya anorexia. Selain itu, remaja kembar monozigot beresiko lebih tinggi dibandingkan dengan kembar dizigot. Riwayat keluarga dengan anorexia juga merupakan faktor resiko.
o Faktor Intrapersonal
Remaja yang mengalami anorexia memiliki tingkat kecemasan yang tinggi, cenderung introvert, perfeksionis.
o Faktor keluarga
Keluarga yang memiliki resiko remaja dengan anorexia adalah keluarga yang overprotektif, kaku, dan penuh konflik.
o Faktor sosial budaya
Kasus anorexia meningkat pada kelompok masyarakat yang mempercayai bahwa tubuh yang ramping lebih menarik, memiliki kepercayaan diri lebih tinggi, dan sukse dalam karier.
Bulimia
Bulimia adalah gangguan makan yang ditandai dengan episode binge eating yaitu mengkonsumsi makanan yang banyak dalam periode waktu yang singkat disertai tingkah laku untuk menurunkan berat badan, atau episode purging, seperti merangsang muntah, gerak berlebihan, puasa berkepanjangan, penyalahgunaan obat laksatif dan diuretik. Sekitar 90-95% penderita bulimia adalah remaja perempuan dengan rentang usia antara 13- 58 tahun.
Penyebab bulimia hampir sama dengan anorexia.
4) Acne vulgaris
Acne vulgaris merupakan penyakit yang sering dijumpai di kalangan remaja. Pada sebagian remaja acne vulgaris bersifat fisiologis dan sembuh spontan. Pada keadaan yang berat diberikan pengobatan sesuai dengan penyakit. Insiden acne pada remaja bervariasi antara 30-60% dengan insiden terbanyak pada usia 14-17 tahun pada perempuan dan 16-19 tahun pada laki-laki. Faktor yang mempengaruhi timbulnya acne vulgaris antara lain :
o genetic
o ras
o hormonal
o iklim/lingkungan
o stress
5) Perilaku seksual
Pemahaman tentang perkembangan seksual pada remaja merupakan salah satu pemahaman yangh penting sebab masa remaja merupakan masa peralihan dari perilaku seksual anak-anak menjadi perilaku seksual dewasa.
Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada masa remaja amat merugikan bagi remaja sendiri termasuk keluarganya. Sebagian kelompok remaja mengalami kebingungan untuk memahami tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Kebingungan ini akan menimbulkan suatu perilaku seksual yang kurang sehat di kalangan remaja.
Fase perkembangan perilaku seksual pada remaja terbagi menjadi :
Remaja awal
Merupakan tahap awal, remaja sudah mulai menampakkan adanya perubahan fisik yaitu fisik sudah mulai berkembang/ matang. Pada masa ini remaja sudah mulai mencoba melakukan onani, karena seringkali terangsang secara seksual akibat pematangan yang dialaminya. Rangsangan tersebut diakibatkan oleh faktor internal yaitu meningkatnya kadar testosterone pada laki-laki dan kadar estrogen pada perempuan.
Remaja Pertengahan
Pada fase ini remaja telah mengalami pematangan fisik secara penuh, dimana remaja laki-laki telah mengalami mimpi basah, dan remaja perempuan telah mengalami menstruasi. Pada masa ini gairah seksual sudah mencapai puncak, sehingga memiliki kecenderungan untuk melakukan sentuhan fisik. Namun demikian perilaku seksualnya masih secara alamiah.
Remaja Akhir
Pada fase ini, remaja sudah seperti orang dewasa. Mereka sudah mempunyai perilaku seksual yang jelas, salah satunya adalah dalam bentuk berpacaran.
Perkembangan perilaku seksual dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ; perkembangan fisik, psikis, proses belajar, dan sosio-kultural. Secara umum perilaku seksual remaja memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Terjadi pematangan fisik-biologik
- Meningkatnya empati terhadap sesamanya
- Meningkatnya keinginan untuk terbebas dari ketergantungan
- Suka mengganggu sesamanya
- Meningkatnya hubungan dengan teman sebaya
- Meningkatnya orientasi seksual
- Masa mencoba-coba aktifitas seksual
- Mempunyai inisiatif untuk melakukan hubungan seksual.
Beberapa perilaku seksual remaja yang kurang sehat dapat menyebabkan berbagai masalah antara lain :
1) Kehamilan remaja
Kurangnya pengetahuan tentang seks di kalangan remaja yang melakukan seks bebas menyebabkan meningkatnya kehamilan usia remaja. Konsekuensi dari kehamilan remaja adalah pernikahan remaja dan pengguguran kandungan (aborsi). Kehamilan remaja umumnya merupakan kehamilan yang tidak diharapkan. Ada dua hal yang bisa dan biasa dilakukan remaja jika mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, yaitu :
a. Kehamilan dipertahankan, dapat menimbulkan :
- Resiko fisik, kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan dalam persalinan seperti perdarahan, bahkan kematian
- Resiko psikis/psikologis, dimana umumnya pihak perempuan beresiko menjadi orang tua tunggal akibat kemungkinan pihak laki-laki yang tidak mau bertanggung jawab, dan kalaupun menikah rentan terhadap konflik dalam rumah tangga akibat usia dini/belum dewasa.
- Resiko sosial, salah satunya yaitu putus sekolah, bisa karena keinginan sendiri akibat rasa malu ataupun dikeluarkan dari pihak sekolah. Selain itu pula remaja tersebut dapat kehilangan masa remajanya, serta menjadi objek pembicaraan
- Resiko ekonomi, dimana memelihara anak dipastikan akan membutuhkan biaya.
b. Kehamilan diakhiri (Aborsi), dapat menimbulkan
- Resiko fisik, dimana aborsi yang dilakukan secara tidak aman/steril bisa berakibat fatal yaitu kematian, aborsi yang dilakukan secara berulang beresiko menyebabkan kemandulan, serta timbulnya perdarahan dan komplikasi
- Resiko psikis, pelaku aborsi sering mengalami perasaan-perasaan takut, stress, cemas, trauma akibat rasa sakit sewaktu dilakukan aborsi.
- Resiko sosial, dimana akan timbul rasa ketergantungan pihak perempuan terhadap laki-laki akibat perasaan sudah tidak suci lagi, sekolah terputus atau masa depan terganggu.
- Resiko ekonomi, dimana biaya utnuk aborsi cukup tinggi, apalagi bila disertai dengan komplikasi.
2) Infeksi Menular pada remaja
Infeksi Menular Seksual (IMS) pada remaja merupakan masalah global. Dampak IMS sangatlah luas, disamping akibat langsung dari penyakitnya, maka akibat dari penyulitnya akan menyebabkan kesengsaraan yang berat dan lama terutama pada perempuan.
IMS mempunyai korelasi yang tinggi dengan infeksi HIV. Infeksi dengan IMS membuat seseorang lebih rentan terhadap HIV, terutama dengan ulkus genital yang memungkinkan masuknya HIV melewati barrier kulit sehingga memudahkan transmisi HIV. Hubungan seksual tanpa proteksi merupakan resiko perilaku yang paling banyak pada remaja. Selain itu, penyalahgunaan obat /narkoba dengan menggunakan alat suntik juga merupakan penyebab resiko HIV pada remaja.
3) Penyimpangan orientasi seksual
Penyimpangan orientasi seksual seperti Homoseksual (Gay/Lesbian) dan Biseksual sejak dulu hingga saat ini masih merupakan suatu fenomena yang penuh dengan kontroversi. Perilaku ini dikaitkan dengan konotasi negative, yaitu orang tak bermoral sehingga beresiko untuk terjadi tindakan diskriminatif, kekerasan bahkan pembunuhan.
Remaja yang mengalami penyimpangan orientasi seksual secara umum hampir sama dengan remaja heteroseksual lainnya. Mereka cenderung menyembunyikanperasaan seksualitasnya dari teman dekat dan keluarga, karena itu mereka memiliki resiko tinggi terhadap depresi, penyalahgunaan obat, dan bunuh diri
6) Merokok
Merokok merupakan suatu kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun di lain pihak rokok juga dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok maupun orang-orang di sekitarnya. Kandungan nikotin pada rokok menyebabkan kecanduan, hal inilah yang membuat perokok sulit untuk menghentikan kebiasaan merokok. Terdapat faktor resiko untuk merokok, antara lain :
- Faktor Psikologis, dimana merokok dianggap dapat menjadi sebuah cara bagi remaja agar tampak bebas dan dewasa saat mereka menyesuaikan diri/bergaul dengan teman sebayanya yang merokok
- Faktor Biologi, berhubungan dengan faktor kognitif, jenis kelamin, etnik.
- Faktor Lingkungan, yang berperan dalam faktor ini antara lain orang tua, saudara kandung, teman sebaya yang memiliki kebiasaan merokok. Selain itu, reklame tembakau juga dapat mempengaruhi persepsi remaja terhadap manfaat dan penampilan merokok.
7) Depresi
Depresi adalah suatu penyakit jiwa dengan gejala utama sedih, yang disertai gejala-gejala psikologis lainnya, gangguan somatic maupun psikomotor dalam kurun waktu tertentu dan digolongkan ke dalam gangguan afektif. Mengidentifikasi anak remaja yang mengalami depresi dengan cara mengamati gejala eksternal antara lain ; prestasi akademik menurun, penyimpangan tingkah laku seperti gelisah atau agresif, bermasalah dalam hubungan interpersonal, membenci diri sendiri dengan sering membicarakan topic tentang bunuh diri.
Depresi pada remaja sering dominan berkaitan dengan penyimpangan perilaku, penyalahgunaan obat, penyimpangan seksual, keluhan fisik dan problema sekolah.
8) Kekerasan dan penelantaran
Kekerasan dan penelantaran pada remaja dapat terjadi di dalam maupun di luar lingkungan keluarga. Kekerasan dan penelantaran dapat menyebabkan gangguan bagi remaja untuk menyelesaikan tugas pertumbuhan dan perkembangannya. Faktor resiko terjadinya kekerasan dan penelantaran pada remaja antara lain :
- Individu/remaja itu sendiri, dimana remaja dengan perilaku menyimpang/kenakalan remaja berpotensi menjerumuskan remaja kepada perilaku aniaya, berkonflik dengan penegak hukum sehingga beresiko mendapat perlakuan aniaya.
- Orang tua dan keluarga
Remaja yang dibesarkan dengan penganiayaan, hubungan keluarga yang tidak harmonis, orang tua pecandu obat ataupun alkohol, orang tua yang mengalami gangguan mental, ataupun orang tua yang memiliki anak sebelum berusia 20 tahun akibat belum mencapai kematangan fisik, emosi maupun sosial.
- Lingkungan sosial/komunitas
Faktor lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi terjadinya kekerasan dan penelantaran remaja antara lain ; kemiskinan dalam masyarakat, kondisi sosial ekonomi yang rendah, status wanita yang dianggap rendah, nilai masyarakat yang terlalu individualistis, sistem keluarga patriakal.
9) Bunuh Diri pada Remaja
Bunuh diri pada remaja merupakan fenomena terkini yang cukup mengkhawatirkan.Faktor resiko terjadinya bunuh diri antara lain :
- Faktor Biologis, dimana riwayat bunuh diri, seringkali terkait dengan adiksi zat psikotropika.
- Gangguan mental, dimana anak dengan diagnosis mengalami gangguan mental lebih beresiko melakukan bunuh diri dibandingkan populasi umum
- Penyalahgunaan zat, penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol pada remaja memberikan resiko yang lebih tinggi terhadap kejadian bunuh diri karena pengaruhnya terhadap perubahan pola piker yang diakibatkan oleh zat-zat tersebut.
10) Kecelakaan
Kecelakaan merupakan suatu kejadian yang dapat timbul akibat kesengajaan maupun ketidaksengajaan, yang dapat menyebabkan kerusakan pada bagian tubuh manusia dan dapat diprediksi sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan. Macam dan bentuk kecelakan remaja antara lain :
- Kecelakaan kendaraan bermotor, baik kecelakaan penumpang, pejalan kaki, pengendara motor/sepeda, maupun kecelakaan di luar jalan raya
- Terjatuh, akibat berlari, mendaki, ataupun berjalan
- Luka bakar
- Tenggelam
- Kekerasan, seperti penganiayaan, ataupun bunuh diri
11) Masalah belajar
Keberhasilan dalam bidang pendidikan adalah salah satu tujuan utama pada masa remaja, sebab hal ini akan mempengaruhi keadaan ekonomi dan emosi pada masa dewasa. Dengan adanya gangguan dalam belajar dapat menghambat proses pencapaian keberhasilan tersebut, sehingga akan menimbulkan masalah, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada tumbuh kembang remaja. Gangguan belajar dapat disebabkan antara lain oleh masalah penyakit dasar seperti retardasi mental, rasa malas, fokus kepada hal-hal yang menyenangkan saja, masalah emosi atau perilaku sehingga menyebabkan remaja sulit belajar di dalam kelas, masalah emosi dalam keluarga, stress ekonomi, lingkungan dan budaya.
12) Penyalahgunaan Obat
Penggunaan zat atau obat-obatan seperti alkohol, tembakau, heroin dan lain-lain di kalangan remaja sering terjadi, baik di negara berkembang maupun negara maju. Semua remaja memiliki resiko untuk menyalahgunakan obat-obatan. Namun ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya penyalahgunaan obat di kalangan remaja, antara lain :
- Faktor genetic, dimana remaja dari orang tua pecandu alkoholik/obat-obatan mempunyai resiko 3-4 kali lebih besar dibandingkan remaja lain untuk mengalami penyalahgunaan zat.
- Pola asuh, dimana remaja yang berasal dari keluarga anti sosial dan criminal, ataupun orang tua dengan disiplin yang ketat beresiko mengalami penyalahgunaan zat
- Pengaruh lingkungan, dimana pengaruh teman/orang-orang terdekat lebih besar dibanding orang yang tidak dikenal
- Riwayat depresi/kecemasan, remaja yang mengalami gangguan psikiatri mempunyai resiko penyalahgunaan obat dua kali lebih besar dibandingkan dengan remaja tanpa riwayat gangguan psikiatri
PENANGANAN DAN PENCEGAHAN MASALAH REMAJA
1. KLINIK REMAJA
Suatu tim multidisiplin lebih berhasil untuk menyelesaikan masalah remaja di klinik karena pendekatan tersebut akan menguntungkan. Dengan cara tersebut akan memberikan pelayanan medik sebagai keseluruhan, yaitu dapat mensahkan dan membenarkan adanya pemeriksaan psikologis, menghindari terjadinya perbedaan pendapat antar para professional yang terlibat, mempermudah dalam memeriksa kesehatan remaja secara komprehensif dan akan menyempurnakan hasil penelitian dengan dokumen dan catatan medik yang ada.
Tim spesialis yang perlu dibentuk adalah tim intervensi krisis, tim kekerasan fisik dan seksual, tim nutrisi dan gangguan makan, tim penyalahgunaan obat terlarang, dan tim untuk menyelesaikan masalah stress dan bunuh diri.
2. TERAPI PERILAKU DAN KOGNITIF
Terapi Perilaku adalah terapi yang memfokuskan diri pada mengubah perilaku yang dapat diamati, sementara Terapi Kognitif adalah terapi yang memfokuskan diri pada mengubah pikiran.
Tujuan dari terapi perilaku dan terapi kognitif adalah membantu klien dalam mengubah perilaku dan kognitifnya yang salah, menuju ke hal yang lebih baik, yang dapat diterima oleh lingkungan sosial dan dirinya sendiri.
Peran terapis dan klien haruslah aktif, saling berkolaborasi. Dalam pertemuan terapi, masalah empati, kehangatan dan kelembutan yang akurat harus ditunjukkan oleh terapis. Hubungan baik antara klien dan terapis merupakan hal yang sangat penting. Hal ini dapat dicapai dengan kerjasama dan saling pengertian antara kedua belah pihak.
3. TERAPI KELUARGA
Terapi Keluarga merupakan bentuk terapi kelompok untuk mengatasi permasalahan keluarga dengan tingkat konflik yang tinggi dan spesifik, dilakukan oleh terapis yang berkompeten bekerja sama dengan keluarga dengan berbagai kolaborasi yang bisa dimanfaatkan, sehingga diperoleh hasil yang optimal.
Semua intervensi yang dilakukan dalam terapi keluarga difokuskan untuk merubah interaksi di antara anggota keluarga dan memperbaiki fungsi keluarga.
Terapi keluarga melibatkan orang tua/keluarga yang sah secara hukum, tidak boleh melibatkan individu-individu yang tidak secara teratur terlibat dalam kehidupan anak/remaja.
Ada enam jenis variasi terapi keluarga, yaitu :
- Psikodinamik
- Experimental/Existential
- Intergenerational/Bowenian(Family system Therapy)
- Struktural
- Strategik
- Terapi Kognitif/Terapi Perilaku
4. TERAPI PSIKOFARMAKO
Terapi Psikofarmako difokuskan pada remaja dengan gangguan kejiwaan. Terapi yang diberikan harus disesuaikan dengan gejala-gejala gangguan jiwa yang timbul.
Saat ini obat psikofarmako yang umum diberikan antara lain :
- Obat Anti psikotik
- Obat Anti cemas
- Obat Anti depresan
- Obat Anti mania
5. IMUNISASI
Imunisasi pada remaja saat ini belum mendapat perhatian dari berbagai pihak. Hal ini disebabkan oleh :
- Imunisasi yang diberikan pada masa anak-anak dianggap sudah cukup dan akan berlaku untuk seumur hidup
- Daya tahan remaja dianggap sudah baik sehingga apabila sakit tidak akan mengancam jiwa
Sebenarnya, imunisasi pada masa remaja sangat penting, sebab :
- Imunisasi yang diberikan pada masa anak-anak tidak berlangsung seumur hidup
- Penyakit anak-anak masih mungkin diderita oleh remaja, bahkan biasanya lebih berat
- Selain secara alami, penularan penyakit pada remaja/dewasa juga terjadi akibat gaya hidup
- Penyakit yang diderita oleh remaja/dewasa dapat menular ke pasangan dan juga keturunannya.
Jenis imunisasi yang diberikan pada remaja antara lain :
a. Imunisasi Hepatitis B
Hepatitis B merupakan penyakit endemic di hampir seluruh negara di dunia. Pada remaja dan dewasa, pemberian imunisasi HB didahului dengan skrining pra-imunisasi. Tujuannya adalah untuk menghindari imunisasi pada individu yang terbukti mengidap virus HB dan yang telah memiliki kekebalan yang efektif. Dosis vaksin untuk remaja/dewasa yaitu 1cc, disuntukkan intra muscular, jadwal pemberiannya yaitu imunisasi dasar sebanyak 3 kali, dilanjutkan dengan imunisasi kedua 1 bulan setelah imunisasi dasar, dan imunisasi ketiga 6 bulan setelah imunisasi dasar.
b. Imunisasi Tetanus
Pemberian imunisasi tetanus pada remaja tergantung dari status imunisasi, dan hanya dilakukan pada luka yang kemungkinan besar terkontaminasi.
c. Imunisasi Varicella
Varicella jika diderita oleh remaja/dewasa umumnya akan lebih berat, sering disertai infeksi sekunder pada kulit, disertai pneumonia yang dapat berakibat fatal. Untuk itu, pemberian vaksin varicella sangat penting.
KIAT GAYA BERPACARAN YANG SEHAT
Adalah sesuatu yang mustahil, melarang remaja untuk melakukan interaksi dengan lawan jenisnya. Proses interaksi yang lebih lanjut yang diwujudkan dengan berpacaran merupakan hal yang wajar dan baik bagi pengembangan aspek kematangan emosional remaja itu sendiri. Namun, harus ada rambu-rambu yang dipasang agar tidak terjadi berpacaran yang berlebihan, apalagi sampai melakukan hubungan seksual dan terjadi kehamilan yang tidak diinginkan dan pada akhirnya mengambil jalan pintas dengan menggugurkan kandungan. Untuk itu hal-hal di bawah ini perlu mendapatkan perhatian:
1. Hati - hati berpacaran
Setelah melalui fase “ketertarikan” maka mulailah pada fase saling mengenal lebih jauh alias berpacaran. Saat ini adalah saat paling tepat untuk mengenal pribadi dari masing-masing pasangan. Sayangnya, tujuan untuk mengenal pribadi lebih dekat, sering disertai aktivitas seksual yang berlebihan. Makna pengenalan pribadi berubah menjadi pelampiasan hawa nafsu dari masing-masing pasangan. Ungkapan kasih sayang tidak seharusnya diwujudkan dalam bentuk aktivitas seksual.
Saling memberi perhatian, merancang cita-cita serta membuka diri terhadap kekurangan masing-masing merupakan bagian penting dalam masa berpacaran. Aktivitas fisik seperti saling menyentuh, mengungkapkan perasaan kasih sayang, … adalah hal tidak terlalu penting, namun sering dianggap sebagai bagian yang indah dari masa berpacaran. Pada batas-batas tertentu hal ini dapat diterima, namun lebih dari aktivitas tersebut, apalagi pada hal-hal yang menjurus pada hubungan seksual tidak dapat diterima oleh norma yang kita anut. Karena justru aktivitas seksual akan mengotori makna dari pacaran itu sendiri.
2. “No Seks”
Katakan “tidak”, jika pasangan menghendaki aktivitas berpacaran melebihi batas. Terutama bagi remaja putri permintaan seks sebagai “bukti cinta”, jangan dipenuhi, karena yang paling rugi adalah pihak wanita. Ingat, sekali wanita kehilangan kegadisannya, seumur hidup ia akan menderita, karena norma yang dianut dalam masyarakat kita masih tetap mengagungkan kesucian. Berbeda dengan wanita, keperjakaan pria tidak pernah bisa dibuktikan, sementara dengan pemeriksaan dokter kandungan dapat ditentukan apakah seorang gadis masih utuh selaput daranya atau tidak.
3. “Rem Keimanan”
Iman, merupakan rem paling pakem dalam berpacaran. Justru penilaian kepribadian pasangan dapat dinilai saat berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang melanggar norma-norma yang dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik. Seandainya iapun menjadi suami atau istri kelak tentunya keinginan untuk melanggar norma-norma pun selalu ada. Untuk itu, “Say Good Bye” sajalah…! Masih banyak kok pria dan wanita yang mempunyai iman dan moral yang baik yang kelak dapat membantu keluarga bahagia.
4. Bahaya Kehamilan di Usia Muda
Kehamilan terjadi jika terjadi pertemuan sel telur pihak wanita dan spermatozoa pihak pria. Dan hal itu biasanya didahului oleh hubungan seks. Kehamilan pada remaja sering disebabkan ketidaktahuan dan tidak sadarnya remaja terhadap proses kehamilan. Bahaya kehamilan pada remaja:
1. Hancurnya masa depan remaja tersebut.
2. Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan karena jiwa dan fisiknya belum siap.
3. Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya karena terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta).
4. Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan sekitarnya.
5. Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis (dukun, tenaga tradisional) sering mengalami kematian strategis.
6. Pengguguran kandungan oleh tenaga medis dilarang oleh undang-undang, kecuali indikasi medis (misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia meneruskan kehamilan dapat timbul kematian). Baik yang meminta, pelakunya maupun yang mengantar dapat dihukum.
7. Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami gangguan kejiwaan saat ia dewasa.
Disamping terjadinya kehamilan yang tidak dikehendaki, seks yang dilakukan sebelum menikah akan mengandung berbagai masalah antara lain tuntutan suami akan keperawanan, berbagai penyakit kelamin (termasuk AIDS), stress berkepanjangan, kemandulan (karena infeksi) dan lain-lain.
5. Kiat Sadar Diri
Yang sering terjadi adalah pasangan lepas kendali karena terbuai aktivitas berpacaran. Untuk itu berikut beberapa tips agar tidak terbuai:
1. Niatkan bahwa tujuan berpacaran adalah untuk saling mengenal lebih dekat.
2. Hindari tempat yang terlalu sepi atau tempat yang mengandung aktivitas seksual.
3. Hindari makan makanan yang merangsang sebelum/selama pacaran.
4. Hindari bacaan/film porno yang merangsang sebelum/selama pacaran.
5. Jangan dituruti kalau pasangan menuntut aktivitas pacaran yang berlebihan, sambil mengingatkan bahwa hal itu akan mengotori tujuan dari berpacaran.
Oleh karena itu bahwa gaya pacaran yang sehat merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Gaya pacaran yang sehat mencakup berbagai unsur yaitu sebagai berikut:
1. Sehat Fisik.Tidak ada kekerasan dalam berpacaran. Dilarang saling memukul, menampar ataupun menendang.
2. Sehat Emosional.Hubungan terjalin dengan baik dan nyaman, saling pengertian dan keterbukaan. Harus mengenali emosi diri sendiri dan emosi orang lain. Harus mampu mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan baik.
3. Sehat Sosial.Pacaran tidak mengikat, maksudnya hubungan sosial dengan yang lain harus tetap dijaga agar tidak merasa asing di lingkungan sendiri. Tidak baik apabila seharian penuh bersama dengan pacar.
4. Sehat Seksual.Dalam berpacaran kita harus saling menjaga, yaitu tidak melakukan hal-hal yang beresiko. Jangan sampai melakukan aktivitas-aktivitas yang beresiko, apalagi melakukan hubungan seks.
——–
Hasil seminar sehari bersama dr. H. Boyke Dian Nugraha, SpOG, MARS pada peringatan hari AIDS sedunia di UWKS surabaya pada tanggal 24 Desember 2005.
Kutipan dari http://www.antonbahagia.com/modules.php?name=News&file=print&sid=7
BAB III
PENUTUP
Remaja dalam tahap tumbuh kembangnya juga sangat potensial untuk tumbuh menjadi seorang dewasa muda yang memiliki potensi individu yang baik sehingga siap berperan penuh sebagai seorang individu mandiri dan porduktif. Pendekatan yang baik dari keluarga yang tidak dominan bersifat instruktif dan menetapkan disiplin tinggi nampak memberi keberhasilan mengarahkan remaja mencapai tugas perkembangannya.
Pendekatan dengan memberi sedikti kebebasan disertai dengan tanggung jawab terhadap diri maupun terhadap tugas peran remaja sebagai anggota keluarga, maupun sebagai pelajar atau mahasiswa perlu ditekankan keluarga dalam rangka mengarahkan remaja.
Perawat sebagai partner dan advocat keluarga dalam membuat keputusan terkait kesehatan baik sehat maupun sakit, kiranya perlu memberikan pemahaman kepada keluarga mengenai keunikan karakteristik tumbuh kembang pada tahap ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan. Edisi 6. 1999. Jakarta : EGC
Friedman, M.Marilyn. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek. Edisi 3 1998. Jakarta : EGC
Narendra, B Moersintowati dkk. Buku Ajar I : Tumbuh Kembang Anak dan Remaja IDAI Edisi 1 2005 Jakarta : Sagung Seto
Prof.dr. Soetjiningsih, SpA(K), IBCLC. Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. 2004 Jakarta : Sagung Seto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar